Wednesday, February 15, 2012

FULL GALAU #20HariNulisDuet Day 6 with @rayfarahsoraya


21.00 WIB Ponselnya berbunyi,
“Halo, apa? Nggak ah, nggak ikutan sudah pe-we nih.” Ajakan Susi ditolaknya karena dia sudah nyaman dengan piyamanya di depan televisi.

Kali ini Blackberry-nya yang berbunyi, tanda menerima twit dari yang mention-namanya.

@PuriBloom loh nggak kemana-mana, ada free flow nih... cepetan! Lo kan gila minum

Balas;
@NinotCentil Kagak ahh, gw dah insyaff!

Dibalas;
@PuriBloom  gak salah denger gw? RT @NinotCentil Kagak ahh, gw dah insyaff!

Balas;
@NinotCentil Nggak! Kecuali lo kagak ngerti bahasa gw ;p #Kaburr

Dibalas;
@PuriBloom Sialannn! RT @NinotCentil Nggak! Kecuali lo kagak ngerti bahasa gw

Blackberry dimatikan.

Kembali pada posisi berbaring di sofa, menonton televisi.

Lapar ...
Jalan ke dapur, buka lemari, cari makanan kecil, tak menemukan apa-apa. Cari nomor telepon delivery, KFC.

Menelepon KFC ...
”Selamat malam KFC Delivery dengan Rahmat disini ada yang bisa saya bantu?”

”Nomor telepon saya 08180800079 mau pesan 1 bucket chicken wings sama kentang, cepetan yah!Dengan Puri,Mas, Jalan Senayan no.43,Mas”, buru Puri,tidak sabar

“Mbak Puri di Jalan Senayan no 43, Senopati ditunggu 15 menit yah, pesanannya 1 bucket chicken wings tambah French fries ukuran medium apa large mbak? “

Karena Lapar berat,”Large, cepetan yah!”

“Oke, 1 bucket chicken wings dengan French fries large, ada pesanan lainnya? Puding barangkali?” Namanya juga jualan, harus usaha donk yah.

“Nggak, makasih. Cepetan yah!” Sekali lagi menegaskan.

”Baiklah total harganya 89,200 rupiah,pakai uang pecahan berapa Mbak?”

”Rp.100.000,- ” Jawabnya malas.

”Baik, 1 bucket chicken wings dengan French fries large, dengan uang Rp.100.000,- berarti kembaliannya 10800 rupiah ditunggu yah. Selamat malam dan terima kasih.”

”Kembali!” Menutup telepon.

Kembali ke sofa.

****
"Anjrit,ujan lagi!!",umpat Puri. Badannya yang sedang asik bermalasan di sofa panjang harus bangun dan menutup gordin. Rasa cemas terbesit karena perutnya kepalang lapar dan takut pesanannya akan datang sangat terlambat. Petir saling menyambar.

“Parah banget ujannya Ya Tuhaaan”

Tok Tok Tok ...
"KFC Delivery,Selamat malam"
Puri berlari kecil menghampiri pintu dan membuka pintu,
"Ya ampun...",Puri terkejut melihat pemandangan si pengantar pesanannya
Basah,sangat kuyup,bahkan jas hujannya tidak dapat melindungi seragamnya.
"Ya ampun,Mas"
"Selamat malam, Wings Bucket dengan French Fries dengan pecahan 100.000 dan ngga pake lama,Mbak Puri?"
Lelaki itu masih bisa tersenyum,menjalankan SOP sebagai pengantar pesanan yang harus tetap tersenyum.'Manis',batin Puri,sedikit terpesona
Puri menyerahkan pecahan uang tersebut dan mengambil pesanannya. Dan geledek malam itu menyambar hingga menimbulkan banyak alarm mobil berbunyi dengan sendirinya.
Ini bukan cuaca yang tepat untuk ada di luar,sama sekali bukan,pikir Puri,ikut cemas.
"Mas,mau berteduh dulu di rumah saya?Ini udah ngga aman lagi,hujan sama geledeknya ngancem banget loh"
“Nggak apa-apa mbak! Saya harus nganter ke tempat lain lagi, Selamat malam.”
****

Keesokkan harinya 17.00 WIB masih malas pergi kemana-mana, ponsel  baru dibukanya setelah dimatikan seharian dan ternyata ada 15 panggilan tak terjawab dan pesan suara. Dibukanya satu per satu,
Pesan 1:
“Puri! Pencuri, mau lari kemana? Sebentar lagi kami akan berkunjung ke rumah lo!”
Pesan 2:
“Heh, biarpun handphone dimatikan, lo nggak akan bisa kabur, malingggg!”
Pesan 3 dan seterusnya berupa ancaman dan teror terus-menerus dari suara laki-laki.

Puri ketakutan membayangkan laki-laki pemilik suara itu. Kegalauan menghantuinya kembali. Sudah beberapa hari ini ia tidak masuk kerja, jarang keluar bersama teman-temannya, hanya mengurung diri di rumah, KETAKUTAN!

Takut orang itu datang dan menemukan rumahnya, untungnya orang itu hanya tahu alamat kantor, tapi ada nama ibuku, “OH!” Ia berteriak dalam hati dan baru ingat di formulir data pribadinya ada nama Ibu kandung.

“Mungkinkah mereka bisa melacak rumahku dari nama ibuku?” keluhnya dalam hati.

Terbayang kemarahan ayahnya yang menakutkan jika sampai tahu hal ini. Tapi mau nggak mau sepertinya harus minta bantuan ayah kalau tidak mau dikasari sama debt collector jika mereka bisa melacak rumahnya.

Puri bergidik membaca sms dan jumlah panggilan tak terjawab dari lelaki tersebut. Mungkin sudah saatnya bagi Puri ntuk memberitahukan semuanya kepada Mama dan Papa, menggenapi semua ulah Puri kepada mereka. Batin Puri tidak tenang, Puri juga takut kedua orangtua nya akan kena bahaya. Perlahan Puri menekan keypad dan menghubungi Mama-ya, seketika itu terdengar ketukan di pintu...

Tok..tok..tok..
Seorang laki-laki asing bertanya dengan sopan,”Apa benar ini rumahnya Puri Setiawati?”

“Iyah, siapa yah?”

“Bisa bertemu dengan Puri?” tanyanya kembali dengan sopan.

“Dari siapa dulu?” Tanya Puri lagi sebelum menjawab.

“Puri yah?” suaranya berubah menjadi seperti pesan suara di ponselnya.

Dok dok dok!!! Suara pintu diketuk lebih keras lagi setelah Puri menutup pintu dan menguncinya.

"Keluar kamu,Puri!!!!!", teriak lelaki itu lagi.

Saat itu Puri sadar semuanya sudah terlambat, lelaki itu datang dan ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Puri lemas, sayu dan kaget terkulai dibalik pintu. Lembaran tagihan kartu kreditnya jatuh terlempar, tertera;


Bank Rakyat Sejahtera
Invoice # 2378


Tagihan akhir bulan ini  Rp. 20.586.000,-
pembayaran minimum Rp.   2.058.600,-

Dengan Gajinya yang hanya Rp.2.000.000,- saja, Puri tidak bisa berpikir apa-apa lagi.


-end-

Tuesday, February 14, 2012

BIYAN – KU #20HariNulisDuet Day 5 with @wangims


Biyan sedang kuliah desain di Belgia, di Royal Academy of fine arts di Antwerp, demi menggapai cita-citanya sebagai seorang Fashion designer, walaupun begitu ia lebih suka mendesain sepatu karena Prameswari suka sekali sepatu.

Mereka sudah seperti soulmate sejak SMP. Kemana-mana selalu berdua sampai akhirnya Biyan mendapatkan beasiswa sekolah desain ke Belgia. Tetapi mereka tetap saling komunikasi.

“Ahh, ada email baru dari Prames!”

Bahagia sekali Biyan menerima pesan pendek dari sahabatnya itu.


*** 

Biyan,

Sore tadi, aku menghabiskan waktuku untuk memuaskan hobi. Kamu masih ingat hobiku?
Sepatu!! ZARA sedang mengadakan season sale. Belum lagi sepatu-sepatu wedges lansiran EVB. Biasanya aku takkan kebingungan harus memilih yang mana. Ada kamu yang akan rela membantuku. Memutuskan sepatu yang mana yang akan jadi bagian koleksi-koleksi di lemariku. kamu itu nomer satu, Bi.

Kenapa mesti jauh-jauh sekolah ke Belgia?

You can stay in Jakarta and study here.

I wish you're here.

XOXO,
Prames

PS: Jeez, 3 years are very long time yah?

  
****

Dasar cewek! Hahaha.. Btw, nice shopping!

Kamu naksir yang mana di ZARA? Disini harganya jauh lebih murah loh, MANGO juga, mendingan nitip sama aku, ntar kalau aku pulang ke Indo pas summer, aku bawain asal jangan lebih dari 3 pasang yah! :D
Aku juga kangen sama kamu, kalau lagi desain untuk tugas dossier kan selalu ada kamu untuk kasih ide...
Teman-teman sekelas selalu kompetisi terus, maklum di kelasku kebanyakan anak beasiswa.

Yah, demi cita-citaku Mes, kamu kan tahu aku ingin seperti Manolo atau Jimmy Choo, sexy sekali sepatu-sepatu itu jika kamu pakai. Nanti aku share dossier terbaruku  cuma nggak cocok untuk kamu karena temanya steam punk.

Miss You too.

kangen,
Biyan


****

Bi,

It took a while yah for you to reply this. What's wrong?

Masa butuh 2 minggu just to reply my email?

You start to ignore my chat box, No more skype, How am i supposed to tell you my new crush?
Yeah, new crush!

Namanya Ale. Cute tipe badass, tapi asik banget. You're gonna make a good friend if you see him. Biasanya kan kalo ada cowok-cowok ngedeketin aku, kamu yg bakal ngecek. You're just like a brother that i never had.

He's totally cute.
Anyway, i love Louboutin instead of Manolo and Choo. You forget it? How come?

XOXO,
Prames


*** 

Kekecewaan melanda saat membaca email dari Prameswari, “Namanya Ale. Cute, tipe badass, tapi asik banget.

Dunia desain dan sekolahnya memang menguras waktu karena segala sesuatunya harus dilakukan sendirian di sini. Jantungnya seakan berhenti, hatinya patah karena ia selalu berfikir bahwa sahabatnya itu memiliki perasaan yang sama dengannya. Tetapi ia tetap membalas,

Mes,

Sorry, Ms. Louboutin.
Over whelm of my new dossier, you know!

Aku online kok, kamu mau chat? Ku tunggu...

XOXO
Biyan

Tak lama jawaban Prames muncul…

Bi,


Not tonight, ok?
Got a date. Finally, Ale asked me out. Yaiy.
Let you know the details soon
Wish me luck.

XOXO.
Prames


“Ok” jawab Biyan dalam hati tanpa mengirim email balasan. Lizbeth, kakak kelasnya sudah sejak lama baik hati padanya bahkan selalu membantu dalam menyelesaikan dossier, cewek German keturunan Jepang yang sudah lama tinggal di Belgium. Handphone-nya berbunyi .

Hallo, Wie geht es Ihnen? Sorry forgot you’re not speaking Deutsch. Wanna go out tonight or stuck with your dossier?” Tanya Lizbeth.

“Yeah, sure. Nice to hear from you. Nope done with it, let’s go!” Jawab Biyan.

Patah hati mengingat Ale, nama itu membuatnya sesak membayangkan orang yang dicintainya kencan dengan Prames. Sahabat baiknya. Perempuan pertama yang selalu dicintainya. Dia langsung menerima tawaran dari Lizbeth. Beberapa jam kemudian dering di intercom berbunyi, Lizbeth sudah datang menjemputnya.

“Is it you Lizbeth?” Tanya Biyan di speaker phone.

“Who were you guessing? Let’s go, freezing down here!” Lizbeth langsung menyuruhnya turun.

“Ok, ok , coming right up! Biyan langsung turun dengan coat, boots, scarf dan tak lupa sarung tangan karena udara Eropa belakangan ini sangat dingin, sekarang -10C.

Cuba libre, absolute, martini  dan lainnya terus-menerus diminumnya karena hatinya sedang galau dan kebetulan kesemuanya gratis karena mereka diundang ke after show party, Lizbeth dan Biyan mabuk.

Pagi hari,

”Morning gorgeous, I bring you breakfast and black coffee, you’ll need it!” Sapa Lizbeth setelah masuk ke studio apartemennya.

Biyan yang baru bangun dari tidurnya mendapati dirinya tanpa pakaian sehelai pun dibawah selimut tebal. Kepalanya sedikit pening dan ia tak ingat apa yang telah dilakukannya semalam.

”Where am I? This is your place, Liz?” Tanya Biyan sambil menarik bathrobe di dekatnya.

”Yup, where else? You’re drunk last night, my friend drop us here.” Jawab Lizbeth sambil meyiapkan sarapan di meja makan.

Di kamar mandi,

“Apa yang kulakukan semalam?” Tanya Biyan di depan kaca.

”Are you okay Biii?” Teriak Lizbeth dari meja makan, karena Biyan lama tak keluar dari kamar mandi.

*** 

Bi...

[Biyan is available]

Bi.. Cmon.
Been 2 months. No news. No replied email from you.

[Biyan is no longer available] [Offline]

I just want to tell you. I'm in a relationship with Ale. You should know. I think. 

Love for always,
Prames

****

Biyan mendengar bunyi messenger di Blackberry-nya, dibacanya message dari Prames itu. Hatinya sudah tidak lagi tersimpan untuk gadis yang hanya mengharapkan persahabatan darinya. Lizbeth memeluknya, "Who is it?" 

"Just an old friend from Indonesia." Jawab Biyan membalas cumbuan Lizbeth dan mematikan Blackberry-nya.


*** 

Bi..

Been a year. Gak ada kabar dari kamu.
I'm getting married. Where are you??

Aren't you coming home?


[Next 2 months]


Biyan sayang,

Aku kangen banget. Kamu sahabat baikku.
My wedding is about to come.

Kamu janji mau beliin aku sepatu buat pernikahanku.

Bi...


[Another 2 months]


I'm married already.

Bi.. What's wrong?

I'm sending you the picture..




Love for always, Prames.

Ale duduk di sebelah Prames. Setahun setelah pernikahan mereka.
"Masih menghubungi Biyan, Mes?"

Prames mengangguk. "Biyan itu sahabatku. My girl friend! Aku sayang dia."
Ale memeluk Prameswari erat.

"Biyan itu sahabat perempuan pertama yang aku punya. Tapi, dia menghilang. Gak ada kabar."


Bi, where do i have to look for you?

Monday, February 13, 2012

MBAH SOED #20HariNulisDuet Day 4 with @trihansdotcom


Sebuah Mercedes Benz E-class terpaksa diparkir agak jauh karena jalan menuju rumah Mbah Soed tidak beraspal dan agak sempit. Selesai memarkir, seorang Laki-laki paruh baya berpakaian safari keluar dan berjalan menuju rumah Mbah Soed. Beliau dapat kabar tentang Mbah ini dari temannya yang sudah menjadi menteri, Sedangkan ia sedang merintis menjadi caleg.

Sesampainya di rumah Mbah Soed, Mbah Soed sedang asyik lesehan menikmati rokok kretek dan kopi tubruknya ditemani beberapa pisang goreng dari warung kopi tetangganya di bale depan gubugnya. Tiap hari pemilik warung kopi itu mengirimkannya sebagai persenan karena sejak Mbah Soed banyak kedatangan pasien, warungnya ikut laku keras. 

"Mbah Soed? Maaf mengganggu, Bos saya mau konsultasi Mbah." Tanya Pak Supir sopan.

"Ah, Pak Murdoyo? Ditunggu pak di dalam! Saya mau ngopi dulu sambil menghabiskan rokok saya ini." Jawab Mbah Soed santai.

Pak Murdoyo calon legislatif itu langsung kaget karena Mbah sudah tahu namanya sebelum ia berbicara sepatah kata pun. Lalu ia masuk ke dalam menunggu Mbah Soed menikmati rokok dan kopinya itu. (Mbah Soed punya tea time juga rupanya)

Di dalam gubug Mbah Soed, Pak Murdoyo mencoba-coba mencari tempat di deretan kursi kayu dan kemudian ia duduk di kursi yang lebih dekat dengan pintu, tidak terlalu dalam. Baginya ruangan itu begitu pengap dan kotor. Sarung dan pakaian Mbah Soed yang bergelantungan di sebuah tali jemuran yang di ikat sekenanya. Gelas-gelas kotor sisa kopi kemarin lusa yang belum juga diambil oleh pemilik warung kopi di depan sudut gangnya. Beberapa kalender yang meskipun telah berganti tahun tetap saja berada ditempatnya, mungkin Mbah Soed tak pernah memperhatikan angka-angkanya tetapi lebih karena gambar artis-artis karbitan dengan pose seronok dan juga poster kampanye hadiah dari calon Anggota Dewan yang berkunjung kerumahnya. Jam dinding pun sepertinya menjadi sesuatu yang janggal disini. Dinding kusam yang terbuat dari anyaman bambu dan penuh bercak serta sebagian diantaranya telah berlubang digerogoti tikus harus disandingkan dengan Jam dinding mewah.

"Paling hadiah dari pak Menteri". Pak Murdoyo bergumam, mengingat kesuksesan rekannya yang baru saja terpilih jadi Menteri. Dan menyarankannya untuk meminta doa dan jimat dari Mbah Soed.

"Sudah dibawa syarat dan maharnya Pak?". Tiba tiba Mbah Soed masuk ke biliknya mengagetkan Pak Murdoyo yang sedang mengamati jam dindingnya.

"Itu Jam dinding dari Pak Asep, itu lho... yang bulan kemarin kesini bawa mobil bagus dan mulus..eee... Bapak balik lagi kesini bawa Jam dinding itu. Katanya sekarang sudah jadi Menteri di kota." Mbah Soed bercerita bangga sambil menunjuk ke arah Jam dindingya. "Saya sih nggak bisa baca jam, cuma ndengerin bunyi belnya saja pak. ting ting ting... kalo tiga kali berarti sudah jam tiga, waktunya mandiin Si Joko, kambing kesayanganku.., Eh Bapak jadi Menteri itu karena jimat dari ku pak." Mbah Soed menghisap rokoknya dalam-dalam kemudian menghembuskan tepat diwajah Pak Murdoyo. Terbatuklah seketika Pak Murdoyo karena asap rokok kreteknya yang Mbah Soed yang lebih mirip dengan foging demam berdarah....

”Bu, kopinya satu donk sama pisang goreng. Sepertinya nikmat melihat Si Mbah tadi.” Ujar Pak Supir kepada pemilik warung kopi, sambil menunggu Bosnya selesai konsultasi.

”Pasti nikmatlah, orang buatan saya!” Sahut Ibu pemilik warung dengan genit.

”Enak, masih hangat!” Goda Pak Supir kepada pemilik warung.

”Bu, heran saya, Bos saya itu lulusan Luar negeri loh tapi masih percaya yang beginian, kurang apa coba, masih nggak percaya diri juga jadi Caleg.” Ujar Pak Supir lagi.

”Eh, hati-hati loh kalau bicara Mbah Soed nanti dengar bisa dikutuk kamu!” Jawab pemilik warung.

”Masa?” Tanyanya kaget.

”Iyah, walaupun saya tidak terlalu yakin tapi Mbah Soed itu pembawa rejeki disini. Sejak Mbah banyak tamu warung saya jadi ramai.”  Sahut Pemilik warung lagi.

”Iyah juga sih, yah moga-moga aja Bos saya menang dan jadi menteri juga, soalnya sudah banyak uang yang dihabiskan sejak mencalonkan diri jadi Caleg.” Cerita Pak supir.

”Pastilah, itu menteri yang baru konsultasi sama Mbah, lho!” Promosi Ibu Warung lagi.

”Iya sih Bu, Si Bos juga dengarnya dari dia.”

Di dalam bilik gubug,”Puhhhh!” Mbah menyemburkan air teh hasil kumur-kumurnya ke muka Pak Murdoyo.

Demi jabatan yang diinginkannya ia menerima mentah-mentah semburan itu, sambil menahan muntah akibat bau mulut Mbah Soed.

Selesai Konsultasi dan memberikan amplop uang yang disiapkan ia keluar dari dalam gubug sambil mengeluarkan sapu tangannya, mengelap air semburan tadi. 

...

Pemilihan Calon Legislatif telah berlangsung tetapi Nama Pak Murdoyo tidak disebut-sebut juga, hanya satu itu pun suara dari supirnya.

Terbayang perjuangan demi ikut Pesta Rakyat itu, berapa miliar uang yang telah ia habiskan untuk sogok kanan kiri. Belum lagi tabungan yang terkuras habis dan hutang yang sepertinya tak tetanggungkan lagi. Dunia tiba tiba menjadi gelap, dan Pak Murdoyo pingsan ditempat.
"Pak...pak bangun pak...!". Suara panik dari sopir pribadinya yang ikut merasakan suasana hati bosnya itu. Baginya ini juga akhir karirnya sebagai sopir calon pejabat. Kemewahan yang ia rasakan beberapa bulan terakhir sepertinya ikut menguap bersama impian bosnya. Kembali menjadi tukang ojek.

Pak Murdoyo akhirnya terbangun dari pingsannya, pandangannya kosong. Dunia gelap yang baru saja hadir sepertinya tak pernah kembali terang. Hanya beberapa kalimat yang selalu ia ucapkan berulangkali dengan lirih seperti meracau tak jelas. " Pak dewan...pak menteri.. pak pejabat..." kemudian suara itu berulang dan semakin tak ketara yang diucapakanya. Dia gila.

Berita kekalahan Pak Murdoyo ternyata juga berimbas langsung pada praktek dukun Mbah Soed. Masa keemasannya pun berlalu, namanya sudah tereleminasi dari jajaran paranormal yang disegani. Tak ada lagi pisang goreng hangat dan segelas kopi tubruk karena pemilik warung kopi pun gulung tikar karena sepi pengunjung. Rokok kretek yang masih menempel disudut mulutnya adalah rokok sisa kemarin yang ia bakar dalam beberapa hisapan kemudian dimatikan agar besok masih bisa di hisapnya kembali, sebatang cukup untuk dua tiga hari kedepan. 

Hanya suara denting jam dinding sisa masa jayanya. Ya setidaknya dia masih bisa mendengarkan jumlah dentingnya untuk mengingatkanya kapan dia akan memandikan Joko.  

Sunday, February 12, 2012

JANJI SAHABAT #20HariNulisDuet Day 3 with @SeiraAiren


“Dan, kurasa waktuku tak lama lagi!” Ujar Budi dengan nafas terputus-putus.


”Jangan ngomong begitu Bud, pamali! Kamu pasti akan baik-baik saja dan menikahi Shelly minggu depan, sebentar lagi ambulan akan datang.” Balas Danny sambil menggenggam tangan sahabatnya itu.

Suara sirine ambulan melengking keras mendekati lokasi kecelakaan di tol Cipularang. Mobil Xenia milik Danny hancur, tapi ia baik-baik saja karena ia menggunakan sabuk pengaman sedangkan Budi terlempar keluar cukup jauh ketika kecelakaan terjadi, karena dirinya tdk menggunakan sabuk pengaman dan sedang tertidur.

Terjadi pendarahan di kepala Danny, menurut perawat yang datang bersama ambulan tersebut. Seiring perawat membawanya ke dalam ambulan, Danny tetap menggenggam tangan Budi dan ikut menemani ke rumah sakit di dalam ambulan itu.

Di dalam perjalanan menuju rumah sakit, Budi meremas tangan Danny ”Danny! Tolong dengarkan aku!”

Mau tak mau Danny mendekatkan telinganya ke mulut Budi demi mendengarkan suara lirihnya.
”Jika terjadi apa-apa denganku berjanjilah untuk menikahi Shelly, ia sedang mengandung anakku dan anggaplah anakku itu adalah anakmu juga.”

”Jangan ngomong begitu, kamu akan baik-baik saja!” Jawab Danny.

”Tolong berjanjilah!” Pinta Budi lirih.

”Oke, aku janji! Sekarang istirahatlah!” Jawab Danny berusaha menenangkan.

Setelah Danny berjanji, Budi menghembuskan nafas terakhir sesampainya di rumah sakit. Tinggallah Danny kebingungan akan janji yang telah diucapkannya.
...

Pesta pernikahan berubah menjadi pemakaman, Shelly menangis tak henti-hentinya melihat liang kuburan Budi ditutup.

Sejak penutupan peti dan upacara pemakaman, beberapa kali Danny berusaha mendekati Shelly untuk berbicara secara pribadi demi menyampaikan pesan terakhir Budi kepadanya. Tetapi perempuan itu selalu berkelit dan menyalahkannya atas kematian calon suaminya.

Tak ada yang tahu bahwa Shelly sedang hamil, memang usia kandungannya belum terlihat jelas, terlebih karena ia kurus. Janin itu terjalin 1,5 bulan yang lalu ketika keduanya hilap terbawa suasana romantis.

Rencana pernikahan memang sudah direncanakan 6 bulan yang lalu dan semua persiapan pun sudah beres hanya saja maut merenggut calon mempelai laki-lakinya.

Sebenarnya Danny sudah jatuh cinta terlebih dahulu kepada Shelly dibandingkan Budi, hanya saja ia terlambat mendekati Shelly yang akhirnya jadian dengan Budi sahabatnya itu.

“Shell aku mau bicara boleh?” Danny memegang tangan Shelly ketika Shelly akan masuk kedalam rumah setelah pulang dari rumah duka.
“Ehh?? Iya terimakasih karena telah mengantarku?” Shelly pun menunduk memberikan hormat.
“Sebentar Shell, ada hal penting yang aku ingin bicarakan” shelly memandang Danny dengan tatapan penuh tanda tanya. “begini shell, aku takut ini menyinggungmu. Tapi aku sudah berjanji pada Almarhum untuk menjagamu jadi,...” kata-kata denny terputus.

“Eh? Janji? Janji apa yang kau bicarakan?” Shelly pun penasaran akan pernyataan Denny.

“Begini Shell, saat aku mengantarkan Alm. Budi ke rumah sakit. Dia mempunyai pesan terakhir kepadaku. Kalau aku harus menjaga dan menikahimu” Danny pun tertunduk malu akan kata-katanya.
Non sense! Gak mungkin Budi bilang gitu, haha~ ini terlalu berlebihan kalo kau ingin menghiburku karena aku gagal menikah dengan Budi. It’s Ok! Percayalah aku gak apa-apa” ucap shelly tersenyum kecut ke arah Danny.

“Tapi Shell, aku benar-benar telah berjanji pada budi untuk menjagamu dan calon anak mu!”
Plakz.. Suara tamparan yang cukup keras mengenai wajah Danny.

“Kau berbicara apa? Kau sudah mulai ngelantur Dan, ingat baru 20 menit yang lalu Budi dimakamkan kau juga melihatnya kan? Sekarang kau mulai merayuku? Apa pantas?  Aku mungkin masih memaafkanmu untuk kali ini, mengingat kau sahabat dekat Budi dan kepalamu habis terluka. Mungkin pikiranmu masih kacau” Shelly pun masuk ke dalam rumah. Dia kesal karena dipikirnya Danny menggunakan kesempatan disaat kematian Budi. Padahal dulu dia mengenal Danny sebagai sesosok pemuda baik hati dan ramah. Sempat dulu ia pun jatuh hati padanya, namu Budi lah yang menyatakan cinta terlebih dahulu.

Masih di tempat yang sama, Danny memegang pipinya yang masih terasa panas dan merah “Bud, aku harus bagaimana Shelly menolakku” batinnya, tanpa sadar. Air matanya pun mengalir. Ada rasa sakit dan panas di hatinya entah rasa apa itu.

Danny pun pulang ke rumahnya dan sedikit kecewa akan reaksi Shelly menerima niat baiknya itu.

”Shell, ada apa? Mengapa kamu menampar Danny?” Tanya Ibunya ketika melihat kejadian itu.

”Danny melamarku, ma! Belum lama Budi meninggal, ia malah mengambil kesempatan mendekatiku. Apa mungkin ia sengaja membiarkan Budi meninggal karena ia sebenarnya masih menginginkan diriku?” Jelas Shelly dengan nada marah.

”Jangan begitu, mungkin niatnya baik dan mungkin juga itu yang dipesankan Budi kepadanya, apa benar kamu hamil?” Ujar ibunya dengan hati-hati.

Shelly kembali menangis dan mengangguk dengan sedihnya. Ibunya pun langsung memeluknya.

40 hari berlalu dan sejak kejadian itu Danny tak pernah muncul-muncul lagi di depan rumah Shelly. Tepat di perayaan 40 hari kematian Budi di rumah orang tua Budi, ia akhirnya muncul.

Shelly terlihat lebih tenang dan kandungannya mulai terlihat. Orang tua Budi sebenarnya agak kaget karena baik Shelly maupun orang tuanya tidak pernah memberitahukan kepada mereka tentang janin di kandungan Shelly dan Budi pun tidak sempat mengabarkan tentang cucu mereka.

”Apa kabar, Shell?” Tanya Ibu Budi sambil memeluk dan memberi cium pipi kiri dan kanan kepada Shelly.

Dengan bahasa tubuh ia mengisyaratkan pertanyaan atas janin yang di dalam perut Shelly dan dibalas dengan anggukan oleh Ibu Shelly. Terlihat sedikitnya senyum kebahagiaan di wajah orang tua Budi.

Ketika Shelly sendirian selesai doa dan upacara 40 hari kematian Budi, dengan hati-hati Danny mendekatinya,”Shell, maaf yah soal lamaran waktu itu.”

”Tidak apa-apa, maafkan reaksiku juga karena aku masih galau pada saat itu.” Ujarnya.

”Shell, Kau masih tidak percaya bahwa Budi berpesan kepadaku untuk menikahimu?” Tanya danny perlahan.

”Dan, aku tak ingin ada laki-laki yang menikahiku karena kasihan tapi karena mencintaiku.” Jawab Shelly.

”Awalnya aku pun bingung ketika Budi berkata seperti itu kepadaku antara kaget dan merasa bersalah karena aku yang menyebabkan kamu kehilangan Budi, seharusnya aku yang menggantikannya di liang kubur.” Jelas Danny dengang nada bersalah.

”Jangan menyalahkan dirimu Dan, aku hanya tak ingin membebanimu akibat komitmen terhadap sebuah janji.” Shelly berkata sambil memegang tangan Danny.

”Aku tahu dirimu, jika berjanji kamu selalu menepatinya. Tetapi pernikahan bukanlah suatu komitmen belaka, harus didasari oleh rasa cinta bukan beban moral.” Jelas Shelly lagi.

”Shell, 40 hari lamanya aku menunggu saat ini dan merenungkan ucapan Budi di ambulan itu, 40 hari sudah akhirnya kusadari bahwa sebenarnya aku masih mencintai dan menunggumu. Biarlah aku menjadi kekasih, suami dan Bapak dari anak yang ada dikandunganmu itu, ijinkan aku menjadi bagian dari hidupmu.”

Shelly menangis dan terasa ada gejolak kecil di dalam janinnya seperti menyuruhnya untuk mengiyakan lamaran Danny.

Terasa angin dingin melingkupi pelukan Shelly dan Danny, roh Budi merestui hubungan mereka... dan pergi menuju sinar putih karena wanita beserta janin yang dicintainya aman bersama sahabatnya. 

Saturday, February 11, 2012

KEHENINGAN YANG MENGAGUMKAN #20HariNulisDuet Day 2 with @rbennymurdhani

picture from http://www.cutesense.com

25 Desember 1992,
 Bunda,
Biarpun aku tak bisa berbicara,
Ijinkan tulisanku ini menyuarakannya,
Jika kudewasa nanti, aku ingin seperti Sinterklas,
Membagi-bagikan hadiah kepada semua orang.
SELAMAT NATAL BUNDAKU SAYANG!
Vera
 Dua puluh tahun lalu kutulis di kartu natal untuk ibuku. Sekarang umurku dua puluh tujuh tahun dan telah memiliki sebuah Gift and Flower Shop di Kawasan Dago, Bandung. Yang kuberi nama Happy karena memang itu tujuannya memberikan perhatian lewat barang-barang unik ataupun setangkai bunga untuk orang yang kita sayangi.
Memang aku tidak menjadi Sinterklas seperti yang kuinginkan. Setidaknya bisnisku ini menolong orang lain untuk bisa menjadi Sinterklas bagi orang-orang yang disayanginya.
Seluruh pegawaiku sedang makan siang, jadilah aku menjaga toko sendirian. Seorang perempuan muda berusaha memanggilku,”Siang Mbak, boneka Hello Kitty yang di depan kemana?” Aku sedang asyik bermain Angry bird di I-pad ku.
 ”Mbaaaak! Halllooooo!” Teriaknya lagi.
 ”Kenapa sih nih orang, budek apa?” Ujarnya kesal, tetapi begitu melihat sebuah tulisan di
belakang kursiku;
Don’t yell, just kick me
I’m deaf.
 Untungnya dia tidak melakukan sesuai tulisan itu, malah mendekati dan menepuk bahuku. Dengan lincah ia menggerakkan jari-jemarinya untuk berbicara kepadaku, ”Hai, boneka Hello Kitty yang di depan masih ada tidak? Biasanya ada di etalase depan, aku menginginkannya untuk hadiah ulang tahun adikku.”
Kuberi dia isyarat untuk mengikuti kemana aku pergi. Aku langsung pergi ke lantai atas yang merupakan gudang persediaan stok tokoku ini, boneka itu sedang dijemur karena kuminta pegawaiku mencucinya, maklum warnanya putih, mudah sekali kotor.

”Nah, ini dia yang kuinginkan untuk adikku itu, dia pernah datang ke toko ini bersamaku dan ia sangat menginginkannya. Jika sudah kering, bisakah kau antar ke rumahku besok pagi?” dengan tangkas, kembali ia menggerakkan jari-jemarinya saat melihat boneka Hello Kitty itu.
Kuberkata dengan jariku,”Baik, nanti akan kuminta pegawaiku mengantarkannya ke rumahmu, ada kartu member? Kalau memakai kartu, biaya antar jadi gratis”, kataku kepada
 “Ini dia kartu membernya”, katanya melalui jemari tangan kirinya, seraya menyerahkan sebuah kartu yang ia keluarkan dari dompet cokelatnya.
“Apa kau mau menuliskan beberapa kata untuk adikmu? Aku akan bantu menuliskannya di kartu ucapan”, tanyaku kepadanya.
“Boleh...Biar kutulis di kertas ini ya. Nanti kau tulis ulang lagi. Aku malu tulisanku tidak rapi”, jawabnya sambil menunjuk sebuah kertas kecil yang sering kupakai untuk mencatat nama dan nomor pelanggan.
Tak lama, dia mulai tampak serius menuliskan beberapa kata di kertas itu. Tampaknya dia benar-benar sayang pada adiknya.
“Ini...Nanti tolong kau tulis ulang lagi ya. Disini aku juga tulis alamat pengirimannya. Kau bisa membacanya kan”, jemari tangan kirinya berkata sembari menyerahkan potongan kertas kecil itu kepadaku. Kulihat tulisan di kertas itu secara sekilas. Kuanggukkan kepalaku sebagai tanda mengiyakan pertanyaannya tadi.
”Berapa total harganya?” tanyanya sebelum meninggalkan tokoku.
 Kembali aku terkagum-kagum dengan kelincahan jari-jemarinya menuturkan bahasa isyarat kepadaku,”Rp. 115.000, aku diskon untuk pelanggan.” jawabku.
Segera setelah dia menyelesaikan pembayaran, dia memberi isyarat tanda terima kasih dan berjalan keluar dari tokoku.
Melihat pelangganku tersebut berlalu, kubaca dengan seksama kata-kata yang pelangganku tadi tulis.
“Namaku Lisa. Aku ingin memberikan hadiah ini untuk adikku yang bernama Ratih. Besok adalah hari ulang tahunnya yang ke – 14. Melihatmu di toko tadi membuatku teringat Ratih, karena dia juga sepertimu. Itu jawaban kenapa aku bisa berbicara dalam bahasa isyarat kepadamu tadi.
Jika boleh, selain kau yang menuliskan ucapan untuk Ratih, bolehkah jika kuminta kau sendiri yang datang mengantarkannya ke rumahku. Aku ingin minta bantuanmu untuk menghibur Ratih. Akhir-akhir ini Ratih mengurung diri dan tak mau sekolah. Sepertinya dia sedang mengalami masa-masa sulit di sekolahnya, karena saat ini dia bersekolah di SMP negeri biasa.
Sebelum dan sesudahnya, terima kasih ya...
Lisa..”
Aku terdiam dan merenung sesaat. Pikiranku melayang ke jaman aku sekolah SMP dulu, seperti yang dialami Ratih saat ini. Ketika itu aku pun mengalami masa-masa sulit, adaptasi dari SLB setara SD dimana aku banyak memiliki teman-teman senasib , menjadi memasuki sekolah SMP negeri biasa dimana aku seperti merasa sendiri dan terasing dibanding teman-temanku yang bisa berbicara.
“Kamu harus tetap kuat ya Ver. Ibu percaya kamu bisa seperti anak-anak yang lain, bahkan lebih.”, kata Ibuku setiap kali aku pulang sekolah dengan tangisan membasahi mata dan pipiku.
Ya, memang sejak Ayah meninggal saat aku berusia satu tahun, praktis hanya Ibu yang selalu mendukung dan menyemangatiku dengan tulus setiap kali aku merasa sedih, terutama karena kekurangan yang aku miliki.
Sebuah tepukan di bahu menghentikan lamunanku. Kulihat Ibuku berdiri disampingku dan tampaknya telah berdiri sejak tadi memperhatikan aku.
“Kenapa kamu menangis, Nak?”, tanya Ibuku lewat gerakan tangannya sambil menyeka air mataku.
 “Gak apa-apa bu. Coba Ibu baca surat ini”, kataku sambil kuserahkan kertas yang sedang kubaca.
Ibu mulai membaca tulisan di kertas itu. Lama dia terdiam. Kulihat ibuku pu menitikkan air mata.
“Ibu bangga kepadamu, Nak. Ibu pun akan menemanimu mengantar boneka ini ke tempat Ratih..”, kata Ibu padaku lewat jemari-jemari tuanya.
***
Keesokan harinya, di rumah Ratih..
Hallo Ratih...
Selamat ulang tahun ya. Semoga kamu suka dengan kado yang Kak Lisa beliin buat kamu.
Semoga Ratih gak sedih lagi ya di sekolah.
Pasti Ratih bingung kok yang ngasih kadonya orang lain.
Nama Kakak yang kasih hadiah ini adalah Kak Vera. Dia sama kayak kamu. Liat deh, dia gak sedih kan meski punya kekurangan. Kakak pengin kamu juga bisa semangat kayak dia dan ga sedih karena punya kekurangan. Kakak percaya kok Tuhan pasti adil kasih kelebihan dan kekurangan ke umat-Nya. Nah, selain punya kekurangan, Tuhan pasti juga kasih banyak kelebihan ke Ratih. Kalo gak percaya, coba deh ajak ngobrol Kak Vera. Dia baik kok...
Ya udah, semoga Ratih bisa panjang umur, tambah pinter, dan ga sedih-sedihan lagi.
Salam sayang ,  Kak Lisa.
Kulihat senyum mengembang di bibir Ratih saat menatapku. Kugerakkan tanganku untuk berbicara kepadanya...
“Halo Ratih. Ini Kak Vera. Selamat Ulang Tahun ya...”
Tak kuduga, dia menjawab sapaanku kepadanya.
“Halo Kak Vera. Makasih ya Kak....”
Kulirik sedikit celah pintu yang terbuka. Beberapa senyum dan pasang mata bahagia berdiri di sana.

cerpen ini di publish jg di  http://www.kamar-kata.blogspot.com/

Friday, February 10, 2012

Robert vs Ryan #20harinulisduet day 1 with @dreamofmay


“Ahhh si dia nggak online-online juga, kemana yah kan sudah pk. 20.00 malam.” Gumam Ambar kesal.
Ryan:  Besok aku online pk. 20.00 malam Mbar, Tunggu aku yah? Sampai jumpa besok my dear Ambar.
Ambar: ok, cu Ryan.   
Itu ketikan terakhir di messenger Ambar yang ia baca berulang kali sambil mengeluh karena tidak bisa melakukan apapun demi membuat laki-laki itu kembali online untukchatting dengannya.
Tiba-tiba Shasha, sahabat dekatnya muncul di kotak chat sebelah kotak chatnya dengan Ryan, cowok yang telah membuatnya berbunga - bunga beberapa minggu ini.
 Shasha: Hey , lagi apa? pasti abis chat sama Ryan ya? Aku juga lho abis chat sama Robert, trus kita janjian ketemuan besok nih Mbar, sebenernya aku agak malas, tapi penasaran juga, temenin dong!

Ambar: Ohya? Senangnya! Aku belum diajak ketemu nih sama Ryan, padahal sepertinya aku sudah mulai jatuh cinta sama dia Sha, kata-katanya sweet banget, perhatian..

Shasha: eits, tunggu dulu, sebelum kamu bilang jatuh cinta, sini aku lihat dulu deh tampangnya, cakep nggak? Kalau Robert sih dari fotonya keliatan lumayan lah, badannya atletis, rahangnya kuat, kulitnya sawo matang..

Ambar: Nih, aku kirim fotonya ya, sudah terima belum file sharingnya?

Shasha: Ha? Itu..Ryan?

Ambar: Iya, memang kenapa? 

Shasha: Ya ampun, kok mukanya mirip Robert! 

Ambar: Apa? Nggak mungkin deh, yang bener? Kamu salah liat kali Sha! 

Shasha: Iya mungkin sih, tapi mirip banget, semoga aku salah. 

Ambar: Semoga, tunggu sebentar. Dia baru saja online.
Ryan pacar cyber-nya Ambar akhirnya online setelah terlambat sekitar 15 menit dari waktu yang dijanjikan. Karena penasaran dan tidak sabar lagi, Ambar langsung memulai chat,
Ambar: Hai! Kok telat?
Ryan: Maaf, tadi ada telepon masuk. Apa kabar?
Ambar: Kamu punya saudara kembar?
Ryan: Nggak tuh, siapa yang bilang?
Ambar: Nggak, Cuma nanya aja.
Lalu Ambar terdiam sesaat, Ryan kembali mengetikkan sesuatu untuk Ambar.
Ryan: Eh, Kamu kan tinggal di Bandung yah? Kebetulan aku ada planning kesana, mungkin kita bisa ketemuan?
Ambar terhenyak dan mendiamkan Ryan, lalu ia bertanya di kotak chatnya dengan Sasha.
Ambar: Sha, apa mungkin kita berhubungan dengan lelaki yang sama?
Shasha: Sudah nanya belum dia punya saudara kembar?
Ambar: Sudah, dia nggak punya. Jadi kemungkinan besar ia adalah orang yang sama.
Shasha: Maaf yah, aku tak tahu Mbar kalau laki-laki itu adalah orang yang sering kamu ceritakan.
Ambar memutuskan kotak chat dengan Shasha dan kembali menjawab pertanyaan Ryan.
Ambar : Okay, kapan?
Ryan: Lusa yah, soalnya besok aku full dengan kerjaan dulu, jadi esok harinya baru aku akan menyediakan waktu khusus untukmu saja, keliling Bandung. Nomor teleponmu masih sama kan?
Ambar: Iya. (ketik Ambar dengan lesu)
Kotak chat dengan Shasha dibiarkan terus berbunyi tanpa dihiraukan oleh Ambar, sementara Ambar merasa tidak ingin berbuat apa-apa saat ini, pikirannya terganggu dengan fakta bahwa lelaki yang diam-diam ia sukai ternyata juga menyukai sahabatnya.  Bagi Shasha yang di mata Ambar lebih cantik dari dirinya, langsing, putih dan berambut panjang mungkin gampang untuk mencari pacar baru, tapi bagaimana dengan dirinya yang biasa - biasa saja dan selama dua tahun ini belum juga punya pacar, hatinya dilema.
Ambar: Sha, sori aku mau tidur, ngantuk, bye. 
Balas Ambar singkat lalu sign out dari chat, meninggalkan Shasha yang ikut kebingungan.
Handphone Ambar berbunyi, ternyata sms dari Shasha,
Ambar, please angkat telponku dong, atau at least balas sms ini, aku punya rencana bagus untuk besok malam. Aku nggak mau persahabatan kita hancur cuma gara-gara cowok yang nggak jelas juga, please datang ya ke restoran D'Itali di seberang kantorku and wear something sexy.

Berusaha menenangkan dirinya, lelaki yang diharapkan menjadi kekasihnya ternyata menduakannya. Wlaupun mereka belum jadian tapi Ambar tetap merasa sakit hati juga kepada lelaki itu, Ryan atau Robert siapapun ia.
Setelah lelah bersedih dan merenung semalaman, Ambar tertidur pulas.
Keesokkan harinya Ambar sedikit lebih tenang dan mulai melirik sms dari Shasha. ”Ada benarnya juga Shasha”, pikir Ambar dalam hati.
Kemudian ia memutuskan untuk membalas sms Shasha;
Sha, sorry semalam aku galau karena sedih. Kamu tahukan aku menaruh harapan besar kepada Ryan. Persahabatan kita jauh lebih penting pastinya, daripada laki-laki yang baru kita kenal di internet. Baiklah aku akan datang.
---
Di restoran D'Itali pk. 19.00,
”Hai Sha, dia sudah datang?” Tegur Ambar setibanya di restauran.
“Hai, pas sekali! Dia sedang dalam perjalanan kesini.” Jawab Shasha.
“Bagaimana perasaanmu, sekarang? Sorry yah, aku nggak tahu.” Ujar Shasha lagi.
”Bukan salahmu lah, cowok itu yang kurang ngajar!” Jawab Ambar dengan sedikit emosi.
Akhirnya lelaki yang ditunggu datang juga, Ambar dan Shasha duduk terpisah, Ambar duduk tepat membelakangi Shasha.
"Hai Ryan.." sapa Shasha kepada lelaki gagah yang mendatangi mejanya dengan langkah mantap, sambil kemudian mendekatkan pipinya ke wajah Shasha, namun Shasha menolak.
"Hai cantik, bahkan lebih cantik dari yang kulihat di webcam, wow."
"Ohya, berapa wanita cantik yang kamu lihat di webcam? Empat? Sepuluh?"
"Haha, enggak dong, pastinya cuma kamu dear, shall we order now?"
"Ok, sebagai makanan pembuka, gimana kalau kamu cobain spicy crab with caesar salad? Enak lho, aku udah pesenin buat kamu, waiter!" Shasha dengan pasti memanggil waiter yang sudah siap dengan sepiring hidangan spicy crab, tentunya dengan ramuan khusus.
"Silahkan." Sementara si waiter menaruh piring di depan Robert, Shasha memberi kode pada Ambar yang berada di belakang Robert.
"Ahhh, pedes banget Sha!" Robert terbatuk - batuk sambil menumpahkan kepiting yang sudah berada di mulutnya, sampai berantakan.
"Hmm..pedes ya, tuh tinggal minta air sama cewek itu tuh."
Tak menyadari siapa yang ditunjuk oleh Shasha, Robert serta merta menoleh ke belakang dan melihat Ambar yang sudah siap dengan segelas air putih dingin di tangannya, dengan muka geram ia mencampakkan air putih dingin itu ke wajah Robert.
“Kamu Ryan apa Robert, ayoo ngaku?” Ujar Ambar.
“Tadi aku sudah memintamu untuk jujur , tapi kamu tetap menggombal.” Sahut Shasha lagi.
Masih sedikit shock tetapi dengan muka tak bersalah ia menjawab, ” Maaf  Sha, aku tidak jujur tadi. Tapi aku kan mendahulukan kamu lebih dulu daripada si Ambar ini.”
Ambar langsung pergi dari restauran itu, sementara Shasha masih berada di depan Robert alias Ryan.
”Yah, kamu memang janjian dengan aku terlebih dahulu tetapi kamu tidak jujur! Bagaimana mungkin aku bisa mempercayai kata-katamu lagi, and you're not worth it for both of us!
Lalu Shasha pergi meninggalkannya untuk mengejar Ambar. Ketika Robert berusaha mengejarnya, ia dihentikan oleh pelayan restauran untuk membayar tagihan.
”Sialan, cewek nggak dapat. Tetap harus bayar juga!” Ujar Robert ke pelayan itu dengan geram.
”Mbar... tunggu dulu dong! Sudah kubilang persahabatan kita jauh lebih penting dari apapun juga apalagi si Ryan a-k-a Robert nggak jelas yang baru kita kenal di internet.”

"Tapi aku beda sama kamu Sha, buktinya dia lebih milih kamu." tak disangka Ambar telah bercucuran airmata.

"Kok kamu bilang gitu Mbar? Aku malah suka iri sama kamu, kamu bisakerja  sesuai passion kamu, kamu yang seorang guru, bisa melukis, sedangkan aku? Aku harus terkukung dengan kubikelku setiap hari dan melupakan passionku untuk menulis. Hey, kita semua punya kelebihan dan kekurangan, dan pastinya pria yang tepat untuk kita tidak akan membanding-bandingkan kita dengan orang lain, Mbar.."

"Iya Sha, kamu benar..i'm sorry.."

Kini keduanya pun berlinangan air mata, dan kemudian saling berpelukan, persahabatan  mereka lebih mulia untuk diperjuangkan, dan keduanya sangat mengerti tentang itu.

Monday, January 16, 2012

Celebrates Special Moment Together


Ketika pasangan kita tidak tinggal berdekatan, memang terdengar sulit; tapi kenyataan nya memang sulit. Saya tak ingin berbohong atau melebih-lebihkan dalam hal ini.

Pacaran jarak jauh atau Long distance relationships itu susah-susah gampang, susahnya; buat yang cewek, harus mandiri, karena si dia tidak selalu ada untuk kita. Buat yang cowok, yah kalau punya pacar cantik tidak bisa diperlihatkan setiap saat. Gampangnya; kita jadi punya waktu untuk bersama teman-teman kita yang single dan bebas untuk melakukan apa saja tanpa si dia, walaupun setidaknya jika jam-nya berkomunikasi (chatting di telepon, Skype, Ym, Facebook, etc) harus minta ijin; kalau tidak jangan harap hubungan ini bisa langgeng, karena kamu tidak menghargai waktunya si Dia untuk berkomunikasi denganmu.

Dengan bantuan teknologi internet dan webcam; kita jadi bisa saling lihat-lihatan walaupun tidak bersentuhan dan mendengar suaranya. Jika memang cinta; segala sesuatunya bisa dikompromikan; perbedaan Jarak dan waktu bisa diatasi jika keduanya saling berkomitmen untuk tetap menjalin hubungan dan komunikasi.

Kesepian itu terkadang datang, tetapi nikmatilah ’waktu sendiri’ mu sampai akhirnya kalian bisa bersama-sama kecuali memang salah satu pihak tidak serius.

Sebelum saya menikah dengan suami saya, pada saat Valentine, liburan Natal, Tahun baru atau hari-hari spesial lainnya; terkadang tidak bisa dirayakan bersama.

Tetapi kami tetap merayakannya bersama lewat media internet, yang tak pernah terlupakan adalah webcam & chatting di hari spesial itu; sama-sama berdandan di depan webcam untuk berimajinasi bahwa kami berdua sedang berada di sebuah restaurant atau tempat hangout yang fokusnya hanya pada pasangan, berinteraktif dengan games interaktif di Chatbox, terutama di Yahoo mesengger ada fasilitas ini; kami bisa saling menggambar/main games bersama, yang paling penting walaupun hanya 30 menit, 1 jam atau lebih; fokus dalam berkomunikasi, tanpa gangguan telepon atau mendua-kan chatting (seperti terlambat menjawab di chatbox) akan membuat perayaan menjadi seperti dirayakan bersama secara berdekatan.

apa yang kami imajinasikan/andaikan dalam chatting kami realisasikan pada saat bertemu sehingga apa yang telah dikomunikasikan, dbicarakan bisa menjadi realita karena hubungan seperti ini harus dijalankan secara serius, kalau tidak lebih baik jangan diseriusi, cari yang lain...

Ingin more advice, mau dapat hadiah, follow us @trueloveincyber, konsultasi privat ke trueloveincyber@gmail.com 
 #trueloveincyber anything could happen ...

Love Doctor