Friday, March 28, 2014

DIAGNOSIS


By Victoria Doumana

Sudah lama kunantikan hari ini, bersanding dengan lelaki yang telah meminangku disebuah acara makan malam di restauran favorit  kami yang terletak tepat di tepi pantai dengan diterangi cahaya bulan purnama dan lilin, ia menyelipkan sebuah cincin berlian didalam gelas wine yang akan kuminum, untungnya mataku menangkap kilauan berlian di cincin itu sebelum kuteguk. Tidak lucu bukan, jika lamaran itu malah mendatangkan ambulan karena yang dipinang tersedak cincin.

Lelaki yang akan meresmikan hubungannya denganku ini, yang pertama kali memperkenalkan diriku dengan debur ombak dan pasir putih Bali. Tempat dimana dunia internasional awalnya mengenal Indonesia tanpa tahu bahwa Bali itu hanya salah satu dari sekian banyak pulau yang ada di Indonesia.

Kembali saat malam itu, dimana Lelakiku menawarkan cintanya, meminta untuk mengikat hubungan yang telah kami jalani bersama selama kurang lebih tiga tahun ke tingkat yang boleh dibilang ’serius’ dengan berkata, ”Maukah kamu Deana Sanudewi, menerima cincin yang kamu temukan di dasar gelasmu itu untuk menjadi pasangan hidupku?”

Kujawab,” Hanya sebagai pasangan hidup?” Lalu ia menjawab,” Yah, menikahlah denganku! Kamu tahu aku tak biasa basa-basi dan menyusun kata-kata mutiara.” Ujarnya memperlihatkan kegugupannya dalam meminang seorang gadis untuk menjadi istrinya.

”Bolehkah aku meminta waktu untuk memikirkannya terlebih dahulu?” Itulah jawabanku malam itu.

”Mengapa?” Tanyanya keheranan, terkejut karena ia sangat yakin aku akan menjawab ’ya’ saat itu juga. Tetapi bagiku keputusan menikah tak bisa langsung dijawab walau sebenarnya hatiku berdegup kencang dan ingin sekali langsung mengatakan ’ya’ padanya.

”Kalau kamu benar-benar cinta, kamu juga bisa bersabar menungguku untuk memberikan jawaban yang tepat untuk pertanyaan yang baru saja kamu tanyakan?”  Jawabku penuh diplomasi.

”Benar juga sih, baiklah. Kutunggu jawabannya, walau terus terang aku ingin kamu segera menjawab ’ya’, aku pikir ini yang kamu inginkan dari tujuan kita berhubungan.” ujarnya terus terang.

”Memang aku ingin sebuah kejelasan dari hubungan kita pada akhirnya, tetapi dengan berat hati aku juga ingin benar-benar yakin akan pilihanku bukan hanya terpengaruh akan suasana romantis saat ini.” Masih menunda jawabanku, karena kupikir aku butuh waktu untuk mempertimbangkannya.

”Baiklah, tak ada gunanya juga aku memaksamu untuk segera menjawab, mari kita nikmati makan malam ini!” Ia memilih untuk tidak merusak suasana dengan tidak membahas dan memaksaku memberikan jawaban atas pertanyaannya tadi.

Kami menikmati malam itu dengan salah satu makanan favorit kami, bebek bengil. Makanan yang selalu membuat kangen Bali, walau sekarang bisa juga ditemukan di kota lain tapi tak pernah bisa menandingi kenikmatan rasa bebek bengil yang di Bali, entah karena suasana tempat makannya atau memang orang yang membuatnya walau demi memakannya kedua tangan ini harus ikut kotor, tak pernah nikmat kalau dengan sendok dan garpu sesuai dengan namanya ’bengil’ yang berarti kotor.

Aku telah menyiksa lelaki itu dengan membuatnya menunggu dan bertanya-tanya akan jawaban atas pinangannya itu selama liburan kami di area The Bay Bali, Nusa Dua.

Lelaki yang sedang menunggu jawaban dariku itu bernama Leon Strati. Lelaki yang suka pantai dan cinta olahraga air yang tak pernah berhenti memperlihatkan cintanya kepadaku selama tiga tahun terakhir ini.

Bukan aku tak ingin menikah dengannya, tetapi tanggung jawabku atas cintanya jika ia menikah denganku, wanita yang telah divonis kanker stadium akhir yang kemungkinan hanya hidup beberapa bulan atau maksimal satu tahun saja.

Jika lamaran itu terjadi saat aku sehat, mungkin aku akan langsung mengiyakan ajakan nikahnya. Tetapi ini seminggu sejak aku tahu aku memiliki sel kanker yang aktif dalam tubuhku dan itu sudah menjalar ke seluruh tubuhku yang kesempatan untuk sembuh sangat kecil, terkecuali Tuhan mengirimkan mujizat bagiku.

Liburan kami saat itu memang sudah direncanakan jauh hari sebelum kutahu mengidap penyakit yang mengancam nyawaku, tetapi dokter menganjurkan aku untuk tetap pergi berlibur dan menikmati liburan dan kalau memungkinkan menyusun ’The bucket lists’ daftar hal-hal yang ingin dilakukan sebelum penyakit itu merenggut nyawaku.

My bucket list:
-          Makan Bebek Bengil
-          Makan Nasi Campur Bali
-          Bermain olahraga air, jetski, banana boat, etc
-          Berjemur di pantai setiap hari
-          Membuat istana pasir
-          Punya rumah di tepi pantai (kalau bisa di Bali)
-          Menikah dengan lelaki yang mencintaiku

Sebenarnya masih banyak tetapi kurasa itu yang mungkin bisa terwujud dengan cepat, kecuali memiliki rumah tepat di tepi pantai dan menikah. Pasalnya keuanganku tak memungkinkan untuk membeli rumah di tepi pantai, terlebih di Bali yang harga property sudah mulai melonjak. Untuk menikah, memang ada lelaki yang mencintaiku tetapi jika tahu aku penyakitan akankah ia masih mau menikahiku, itu yang menjadi keraguanku.

Liburan kami di Bali memang sepuluh hari dan ini adalah hari ketiga sejak malam malam pertama yang mendatangkan proposal pernikahan itu. Beberapa kali Leon kerap menyinggung masalah jawaban atas pinangannya dan aku masih belum memberikan jawaban yang pasti.

Sulit untuk memberitahukannya, sulit juga untuk memulai cerita karena takut merusak suasana liburan ini. Ragu tepatnya, takut merusak suasana walau sebenarnya sejak proposal pernikahan itu suasana hatiku tak bisa lagi menikmati liburan yang kami rencanakan ini karena telah menumbuhkan kekhawatiran di hati kami berdua, khawatir jika ia meninggalkanku dan dirinya pun khawatir jika aku tidak menerima lamarannya walau bisa disimpulkan kami berdua khawatir akan penolakkan.

Sampai akhirnya di akhir liburan aku berterus terang juga akan alasanku menunda menjawab proposal pernikahan dari Leon.

”Ini malam terakhir kita, apakah kamu masih butuh waktu untuk menjawab lamaranku?”

”Aku sudah ingin menjawabnya Leon,  sejak kamu mencetuskan pertanyaan itu.”

”Dan...?”

”Sebelumnya aku ingin kamu mendengar penjelasanku,  setelahnya baru kamu putuskan apakah tetap menginginkan aku menikahimu atau tidak.”

”Memangnya kenapa?”

”Aku... ” aku masih ragu untuk mengatakannya,”Aku sakit Leon. Hidupku mungkin tak lama lagi, jadi lebih baik...” Ia langsung menutup bibirku yang berniat melanjutkan kalimatku.

”Aku yang memutuskan ingin menikah denganku, tanpa syarat! Bagaimana pun keadaanmu sekarang ini.” Ia langsung menggenggam tanganku.

”Tetapi aku tak ingin menyusahkanmu nantinya! Aku pengidap kanker, jika menjalani kemoteraphy tubuhku akan lemah dan selalu membutuhkan seseorang untuk merawatku antara akan mengalahkan penyakit atau pun kehilangan nyawa atasnya.” Jelasku memberikan argumen.

”Aku mencintaimu Dea, bahagia itu adalah bisa menikmati hidupku bersama orang yang kukasihi sesingkat apa pun, yang penting aku bisa membahagiakannya saat bersamaku.”

Aku menitikkan air mata saat itu mendengar jawabannya dan berkata, ”Leon Strati, aku mau menikah denganmu.”

Kami berpelukan di malam terakhir liburan kami dan aku pun akhirnya mengenakan cincin yang kutemukan didasar gelas wine-ku.

...


Together With Their Parents, Is With Great Pleasure That

Leon and Deana

Invite You to Celebrate Their Wedding
On Saturday 29th March 2014, 6:30 PM (Bali Time)

At The Oceanfront Culinary Experience and Fun Beach Activities
BTDC Area, Lot C-0, Nusa Dua – Bali, Indonesia
The Bay Bali

Followed By Great Food, Wine and Dancing
From 8.30 PM (Bali Time) At Hong Xing, Club & Resto


Undangan simpel tercetak dengan tinta emas dan kertas berwarna ungu bertekstur linen dengan amplop berwarna sama hanya berbeda gramasinya.

Lamaran itu tiga bulan yang lalu, hari ini menjelang matahari terbenam aku menunggu di kamar honeymoon sweet hotel tempat aku mengenakan gaun pengantin dan rias wajahku,
menunggu dijemput ayah untuk mengantarkan diriku ke pelaminan, menyerahkan diriku kepada Leon.

Pernikahan kami tak jauh dari tempat ia melamar, dinaungi langit biru dan dialasi pasir pantai. Yang perjalanan menuju pelaminan ditaburi bunga menghiasi hari yang akan memulai kehidupan kami berdua sebagai suami istri.

Hanya disaksikan kedua keluarga dan beberapa sahabat dekat, kami melangsungkan pernikahan dan mengucap janji, berjanji akan sehidup semati sampai maut memisahkan. Walau janji itu adalah luapan cinta kasih kami tetapi tak ayal kami menitikkan air mata bahkan seluruh undangan yang hadir.

Terlintas aku akan kehilangan seluruh rambutku dan Leon harus menggendong tubuhku untuk pergi ke kamar mandi saat ku lemah bahkan mungkin harus memandikan dan menyuapiku untuk makan dan rentetan kejadian yang akan menyusahkannya karena harus merawat istrinya menjelang hari-hari terakhir tetapi aku akan sangat bahagia karena dicintai dan diterima dalam keadaan apapun walau itu tak adil bagi Leon.

Tetapi rupanya Tuhan tak ingin bayangan tadi menimpa Leon, lelaki baik yang tulus mencintaiku. Ketika pesta berakhir kami kembali ke kamar honeymoon sweet tempat aku berdandan tadi dan mendapati ponselku yang telah menerima 5 kali misscall dari nomor Jakarta dan sebuah sms bertuliskan;

Maafkan suster kami,
hasil labnya tertukar
dengan Nyonya Indriani.
Anda tidak mengidap kanker,
sekali lagi maaf.

Dokter Indra


Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Proyek Menulis Letters of Happiness: Share your happiness with The Bay Bali & Get discovered! www.thebaybali.com

Friday, June 15, 2012

#15HariNgeblogFF2 Hari ke 5: Sepanjang Jalan Braga


Setahun sudah, sejak peristiwa yang hampir menewaskanku di Danau Toba. Ayah menyuruhku membuka cabang di Bandung tepatnya di salah satu gedung di Jalan Asia Afrika.
Tinggal di apartemen Aston Braga City Walk, aku kembali melakukan kebiasaanku bersepeda ketika kuliah di Belanda. Terlalu dekat dari Braga ke Gedung kantor, kalau mengendarai mobil lebih jauh karena harus berputar-putar akibat kebijakan jalan satu arah di kota itu.
“Pagi Pak!” Aa Teja satpam apartemen, menyapaku pagi-pagi ketika hendak mengayuhkan sepeda ke kantor.
”Pagi A, cabut dulu yah ke kantor, jaga apartemen saya baik-baik.” Candaku.
”Siap Bos!”
Maklum aku tak banyak memiliki teman di Bandung ini, walaupun kudengar ada banyak sanak saudara dari margaku yang tinggal disana, tapi aku tak kenal mereka. Setiap pulang kantor jika Aa Teja selesai dengan bagian shiftnya, ia kuajak main Wii di apartemen.
...
Setiap jumat malam aku pulang ke rumah orang tuaku di Jakarta untuk bisa bertemu dengan teman-teman juga keluargaku. Lagipula aku pernah tidak pulang ke Jakarta selama akhir pekan, tak bisa kemana-mana karena jalanan di Bandung penuh dengan mobil-mobil huruf B. Kemacetan Jakarta urbanisasi ke Bandung.
Bosan juga setelah 3 bulan di Bandung sendirian dan kuputuskan untuk mencoba menyelusuri  jalan Braga malam hari bersama Aa Teja. Ia memboncengku dengan motor mengajakku makan nasi goreng di depan Hotel Savoy Homann,  lumayan enak untuk jajanan pinggir jalan begitu juga dengan bubur ayamnya.
Setelah kenyang kami berjalan di sekitar Jalan Asia Afrika tepat pk. 11.00 malam, kulihat ada sepasang lelaki dan perempuan berpakaian pengantin lengkap. Kupikir aku melihat hantu lagi, ternyata mereka sedang melakukan pemotretan prewed. Lucu juga malam-malam sengaja berdandan lengkap hanya untuk sebuah foto, tapi cukup menarik ketika kuintip hasil foto dari kamera fotografernya.
Banyak sekali ternyata yang harus kucicipi dan kunjungi, mulai dari warung Ceu Mar yang banyak menyediakan makanan rumahan khas Sunda  yang muncul pk. 08.00 malam.
Makan siang dengan sekretaris dan staff kantor di sebuah kantin di tikungan jalan Braga yang buka dari pk. 08.00 – 14.00 siang, banyak makanan rumahan yang enak disini.
Satu bulan kulakukan wisata kuliner dengan orang-orang disekelilingku dan banyak kutemukan makanan enak-enak tetapi agak aneh jam bukanya, seperti perkedel Bondon di depan stasiun hall. Itu juga baru mulai buka pk. 11.00 dan diharuskan mengambil nomor karena ramainya pembeli.
Akibat wisata kuliner itu aku memutuskan untuk menjadi member Gym di Braga City walk, tepat di bawah apartemenku takut buncit karena makan malam terus.
Beberapa minggu kemudian kumenemukan sosok gadis yang menarik hatiku di gym. Kami sering bersama-sama di kelas spinning.
Akhirnya kami berkenalan...
”Hai, sering kesini yah?” Sapaku, ketika mencari sepeda yang nyaman sebelum kelas dimulai.
”Iyah, Nada, kamu?”
”Choky.”  Jawabku.
”Haha, Batak yah?”
”Kok tahu?” Tanyaku agak heran.
”Tahu aja, banyak kok teman-temanku yang memiliki nama panggilan begitu.”
Dalam hati aku berharap ia Batak juga.
Selesai dari kelas spinning kami berjanji  untuk mampir di The Kiosk, tepat di depan Gym. 20 menit kemudian aku menunggunya di depan ruang loker sambil mengambil air minum.
Akhirnya ia keluar setelah 15 menit  menunggu, ia tampak cantik dengan balutan celana jeans legging dipadankan dengan tanktop putih dan geraian rambut panjangnya.
”Lama yah nunggunya?” Begitu ia mendapatiku melamun menunggunya.
“Tidak, hanya 15 menit.” Ujarku berusaha berbohong tapi spontan jujur.
”Ahh Batak yang sabar rupanya, 15 menit itu sebentar.” Ujarnya setengah mengejek.
Aku hanya tersenyum, lalu kami berdua berjalan menuju tempat itu.
Kami mengobrol seru, ternyata Nada menyenangkan orangnya. Ponselnya tiba-tiba berdering.
”Baru beres nge-Gym lagi ngobrol sama temen, arek kadieu? Nteu, teu mawa mobil. Di the Kiosk nya.”
Tiba-tiba seorang lelaki muncul dan mendekati Nada lalu mencium pipinya di depanku.
”Nah, ini Choky saya.”
Masih kurang beruntung menemukan pengganti si kerudung merah di hatiku.
...
#bersambung di kota lain
* Aa = panggilan untuk kakak laki-laki bahasa Sunda
*Arek kadieu? Nteu, teu mawa = Mau kesini? Tidak, tidak bawa

#15HariNgeblogFF2 Hari ke 4 : Kerudung Merah


Sejak kecil setiap liburan sekolah aku pergi ke Medan untuk pergi ke pulau Samosir mengunjungi Opungku yang tinggal tak jauh dari Danau Toba, danau favoritku.
Aku selalu menghabiskan waktuku bermain di dekat danau untuk menggunakan mainan speedboad remote control oleh-oleh Opung dari Belanda waktu itu.
Pertama kali kumelihat gadis berkerudung merah ketika mainanku tiba-tiba tak bergeming hampir ketengah danau. Tak diminta gadis itu langsung mengayuhkan dayung perahunya menuju mainanku, mengambil dan memberikannya kepadaku.
Begitu mendekat, kulihat wajahnya yang cantik, berbeda dengan tipe gadis-gadis di sekitar danau Toba. Ia cantik dan berwajah mungil dan anehnya ia tak pernah lepas dari pikiranku bahkan 18 tahun kemudian setelah aku besar dan mulai magang di kantor ayahku.
Aku selalu mencarinya jika aku kembali kesana, tapi tak pernah menemukannya. Karena saat ia mengembalikkan mainanku itu aku lupa mengucapkan terima kasih, terpana oleh kecantikannya. Tak pernah kulihat sosoknya lagi tapi wajahnya tak bisa kulupakan, berharap suatu saat kubisa bertemu dengannya. Walau mungkin ia sudah tua, tapi aku tetap ingin bertemu kembali dengannya.
...
Opung kembali mengundangku untuk berlibur ke danau Toba.
Kembali aku mencari si kerudung merah di danau, kali ini mimpiku terwujud. Aku memberanikan diri mendekatinya dan kembali aku terpana karena ia masih sama seperti dulu.
“Mau mengelilingi Danau Toba?” suaranya lembut dan bahasa Indonesianya fasih, tidak seperti kebanyakan penduduk di sekitar danau.
“Boleh.” Aku langsung mengiyakan.
Diatas perahu mataku tak pernah lepas memandangi gadis itu yang masih sama seperti dulu, tak ada kerut sedikit pun takjub aku dibuatnya.
“Kenapa Bang? Ada yang aneh dengan wajah saya?”
“Ahh, tidak.” Ujarku berbohong.
“Kalau begitu, mengapa Abang memandangiku seperti melihat hantu?”
Kuberkata dalam hati, “Memang aku sedang melihat hantu.”
”Tidak, hanya wajahmu mengingatkan aku dengan seseorang.”
”Siapa bang?”
”Bukan siapa-siapa.”
Akhirnya dengan hati-hati kubertanya kepadanya. ”Kamu biasa menjajakan jasa perahumu disini?”
”Iyah, memang kenapa bang?”
”Sejak kapan?” Tanyaku lagi
”Sejak menolong perahu mainan cucu tetanggaku yang terkatung-katung di tengah danau karena remote-nya kehabisan baterai.”
Terkejut dibuatnya dengan jawaban yang baru saja terlontar dari mulutnya.
”Itu perahuku! Jadi benar kamu wanita itu?”
”Maksud abang?”
”Waktu aku berumur 10 tahun, mainan perahuku kehabisan baterai dan terkatung-katung hampir ke tengah danau dan ada gadis sepertimu yang menolongku mengambilkannya dengan perahu, yah seperti kamu.” Akhirnya kuungkapkan semuanya.
Iya tidak menjawab hanya tersenyum kepadaku.
”Ahh, senyumnya kembali membuatku berbunga-bunga.”
...

”Choky...! Bangunlah kau, nak!” Opung berusaha menyadarkan aku.
Akhirnya aku terbangun, ”Opung, mengapa aku disini? Kemana perginya gadis berkerudung merah?”
”Siapa? Tak ada gadis berkerudung merah disini, kau hampir tenggelam ditengah danau!”
”Jadi...?”
Akhirnya kuceritakan gadis berkerudung merah itu kepada Opung yang telah menjadi obsesiku selama 18 tahun, setiap tahun kukembali ke danau Toba hanya untuk mencarinya, tapi tak pernah bertemu dengannya.
Opung pun menuturkan kisah yang tak pernah kutahu sebelumnya, setiap lelaki dari marga keluargaku terutama jika itu laki-laki satu-satunya penerus marga selalu dihantui oleh gadis itu, Kakeknya Opungku pernah jatuh cinta padanya, mereka pertama kali bertemu di danau Toba.
Mereka tak pernah bisa menikah karena marga kami bertentangan, wanita itu berasal dari marga Karo sedangkan kami bermarga Toba. Setiap pernikahan antar keluarga Batak,  mereka akan mengecek tarombo keluarga pasangan yang terdeteksi dari nama marga.
Keduanya dipisahkan oleh keluarga, Kakek buyutku itu dikirim sekolah ke Belanda dan wanita itu dijodohkan dengan pria yang sesuai dengan marganya. Tetapi sebelum pernikahan itu terjadi ia bunuh diri karena tak ingin mengkhianati kekasihnya yang di Belanda.
Sebuah nyawa melayang karena pertentangan nama marga, nyawaku pun hampir melayang tenggelam tak sadarkan diri terpesona akan kecantikan si kerudung merah, untung Opung menemukanku.
...
#bersambung di kota lain

*TAROMBO adalah silsilah, asal usul menurut garis keturunan ayah. Dengan tarombo seorang Batak mengetahui posisinya dalam marga.
*OPUNG adalah bahasa Batak untuk sebutan kakek.
*CHOKY panggilan keren dari sebutan Ucok untuk anak laki-laki

Friday, May 11, 2012

May 2012 issue; Mengapa dia tidak online?


Mengapa dia tidak online? -  kita bertanya-tanya jika si dia tidak online atau tidak memberi kabar lagi kepada anda, apa yang salah? Ada apa? Jangan panik, edisi ini akan membahasnya.

Dari awal hubungan seperti ini adalah hubungan ’nothing to loose’ jadi jangan terlalu dibawa serius jika belum kopi darat atau belum pasti benar dengan orang di balik layar.

Terlalu berharap nantinya bisa kecewa berat, jadi harus dibawa santai supaya emosi tidak terlalu dipermainkan jika orang di balik layar hanya main-main saja dengan anda.

Banyak alasan jika pacar cyber anda tidak online lagi, bisa jadi koneksi internetnya bermasalah, bisa juga sudah tidak mau berhubungan, bisa juga sedang sibuk jadi tidak ada waktu untuk online. Banyak, karena kita tak tahu siapa dia sebenarnya.

Untuk mengantisipasi hal ini, yang paling utama yang harus kita lakukan adalah bersikap tidak terlalu memaksa dan terkesan serius sekali aturlah agar bisa menempatkan diri untuk bersikap serius dan bercanda tergantung bahan pembicaraannya.

Pada dasarnya laki-laki kurang suka bercerita mengenai dirinya, dan wanita cenderung bercerita lebih banyak, usahakan untuk menyeimbangkannya agar anda tidak kecewa jika si dia tiba-tiba tidak ada kabar dan ini terjadi biasanya pada saat hubungan masih perkenalan atau penpall saja, ’nothing serious’ kalau ketemu online syukur kalau tidak juga tidak mengapa bukan janjian dan ada jadwal khusus untuk chatting dengan anda.

Kalau sudah mulai serius dalam artian punya jadwal reguler bersama untuk chatting, maka jika tiba-tiba menghilang kemungkinan besar sibuk dan lain-lain tetapi jika memang dia benar-benar serius maka ia akan meninggalkan pesan atau lainnya untuk membuat anda tidak khawatir, jika tidak ia kurang serius menjalin hubungan dengan anda jadi bersiaplah untuk segala kemungkinan yang ada dan tetap dibawa santai.

Thursday, April 5, 2012

Perampasan Harkat dan Martabat Seorang Manusia

Sebenarnya ini artikel untuk di upload di ngerumpi.com, tetapi registrasi kesana error terus, ya sutralah disini saja, silahkan di comment...


Sebenarnya saya paling takut mendengar kata ini ’perkosaan’. Beberapa waktu lalu ada sebuah id di twitter yang membuat lelucon dari sebuah tragedi perkosaan di angkot, kalau tidak salah hal itu pernah terjadi di sebuah angkot di Bandung.

Di ngerumpie, saya menemukan dua artikel yang membahas masalah ini dan keduanya berusaha tidak ’menghakimi’, tidak ada yang salah dengan pendapat mereka. Hanya saya mau mengajak melihatnya secara lebih luas, karena pembahasan yang sudah-sudah membahas tentang korban perempuan bagaimana dengan laki-laki?

Menarik bukan? Jika kamu adalah si pemerkosa yang membela diri dengan mengatakan tergoda karena pakaian si wanita, bagaimana perkosaan terhadap laki-laki atau yang disebut anal sex?

Perempuan cenderung tidak berdaya, walaupun dengan luar biasanya ia berusaha menolak, melawan balik lelaki yang memperkosanya tetapi wanita lebih bisa survive melewati pengalaman buruk itu.

Lelaki itu sudah memiliki image kuat, perkasa, jika terjadi perkosaan pada dirinya bagaimana dengan harga dirinya sebagai seorang laki-laki, orang akan melecehkan dan mentertawakan mengapa tak bisa melawan? Betapa jauh lebih parah dan susah untuk mereka survive dalam memperoleh pengalaman buruk seperti itu.

Hal ini bukan hal yang bisa dijadikan lelucon, tak ada yang lucu dalam merampas harkat dan martabat seorang manusia. Tak ada manusia yang ingin memiliki pengalaman pahit itu. Siapa pun dia; pelacur, banci, gay atau seorang gelandangan, mereka pun manusia dan berhak untuk dihargai, mereka tak pernah menginginkan dirinya terlahir seperti itu bukan?

Kita harus lebih bersikap peduli dalam hal ini karena kita pun tak ingin mengalami hal buruk seperti itu. Sebelum kita melakukan sesuatu yang jahat terhadap orang lain, berfikirlah bahwa orang lain pun bisa melakukan hal itu kepada kita.

Jika semua manusia berfikir untuk saling mengasihi dan menghormati keberadaan orang lain maka tak akan ada yang melanggar hak-hak asasi yang lain dan dunia ini akan tenteram.

Pernah menonton film The Woman with Dragon Tattoo? Wanitanya mengalami perkosaan walaupun dengan luar biasanya ia melawan tapi ia merekam kejadian itu dan saat dirinya siap, ia membalikkan apa yang dialaminya itu kepada lelaki itu dan jauh lebih sadis lagi tentunya. Menyodominya dengan replica alat vital lelaki yang cukup besar dan terbuat dari metal dan menato dadanya besar-besar dengan sebuah kalimat pengakuan ‘I’m the rapist” (kalau tidak salah).

Wanita memang terlihat lemah dan perlu dilindungi tetapi ia sanggup membawa bayi di dalam perutnya selama berbulan-bulan, kekuatannya adalah kelemahannya.

Tuhan itu adil, kejadian buruk apa pun yang menimpa kita haruslah kita sikapi dengan baik sehingga kita bisa melihat keindahan dibalik peristiwa itu. Saya tersentuh membaca cerita wanita korban perkosaan dan bisa survive salah satunya Oprah, lalu ada seorang lelaki yang pernah diperkosa di masa kecilnya sekarang menjadi bintang film dan menjadi konselor untuk memotivasi orang yang mengalami hal yang sama dengan dirinya.

*Life is a bitch but don’t be the bitch itself.

sumber: 

Tuesday, April 3, 2012

April 2012 issue; Memupuk Cinta lewat Chatting

Yang namanya hubungan jarak jauh atau sering disebut LDR = Long Distance Relationship, memang terpisah oleh jarak dan terkadang juga berbeda waktu kalau lain Benua.

Di era internet ini salah satu komunikasi yang bisa dilakukan dan juga cukup interaktif  bisa video call, main game bersamaan, berbagi video/film yang disuka, gambar dan lain sebagainya kecuali sentuhan adalah lewat Chat Messenger. Mulai dari hotmail, windows messenger, yahoo, Skype, facebook, dll memungkinkan kita bertemu muka, tak hanya dalam suara dan kata.

Pada saat berjauhan komunikasi itu sangat penting, terkadang yang dekat pun justru bermasalah apalagi yang jauh dan terpisahkan oleh jarak, tidak mudah untuk bertemu langsung.

Bagi pasangan yang sedang berhubungan lalu harus terpisah karena pindah tugas, meneruskan kuliah dan alasan lainnya kecuali untuk putus, setidaknya memiliki dasar untuk berkomitmen melanjutkan hubungan dan hal ini merupakan salah satu ujian atau tantangan untuk keberhasilan hubungan mereka.

Bagaimana dengan pasangan yang memang bertemu dan berkenalan di internet tetapi bisa tetap ’pacaran’ tanpa bertemu secara langsung atau ’kopi darat’? Terdengar aneh, tetapi kalau hubungan itu berhasil yah itulah CINTA, tak ada yang tahu mengapa dan itu pun terjadi pada banyak orang.

Sebenarnya terletak pada awal ketertarikan pada pasangan kita, apa yang kita harapkan dan sebaliknya.
  • Apa yang membuat kita memutuskan bahwa kita ’jatuh cinta’ pada suatu pribadi atau karakter?
  • Apa yang membuat kita selalu tertarik untuk bertegur sapa, memberikan perhatian, bertanya jawab, berdiskusi, berbagi dan lainnya?
Tak ada yang bisa menjawab secara pasti, tak ada ilmu pengetahuan untuk itu, semuanya hanya berdasar kepada naluri atau insting seseorang untuk mengenal sebuah pribadi yang menarik hatinya lalu mencari dan memberi tahu secara jujur kepada orang yang disukainya itu. Bisa dibilang akan terjadi hubungan timbal balik/dua arah. Kalau satu arah berarti yang dicintai tidak mencintai balik.

Walaupun begitu, salah satu yang bisa membuat seseorang tertarik dan ingin tahu lebih dan lebih lagi adalah ’membuatnya penasaran’.
Lelaki biasanya agak sulit atau malas menuliskan kata-kata, jadi ia terkadang tak suka bercerita banyak, terbalik dengan perempuan ia akan bercerita banyak apalagi dalam chatting.

Membuatnya penasaran itu sebenarnya mudah, tetapi terkadang juga susah kalau kitanya terlalu banyak bercerita sebelum lawan bicara kita bertanya tentang siapa kita.

Ucapkanlah hal-hal yang terbilang ’seru’ dan lebih banyak humor, yang penting enjoy & tenang juga berkesan percaya diri tetapi tidak sombong. Contoh; kalau dipuji jangan bilang,”ahh bisa saja!” ”Masa sih?” tetapi ucapkanlah ”Terima kasih!”

Ceritakan impianmu, apa yang akan dilakukan jika kamu bisa bersamanya, pakai imajinasimu, pikirkan hal-hal romantis yang bisa dilakukan jika nanti kalian bertemu. Sehingga lawan bicaramu menantikan pertemuan itu.

Gunakan emoticon-emoticon yang ada untuk mengekpresikan perasaanmu, lakukanlah dengan spontan untuk memberikan kejutan, seperti mengirimkan sebanyak-banyaknya emoticon ’cium’ = kiss attack.

Main games bersama lewat interactive pad atau tebak-tebakan daripada ngobrol doank mending melakukan activitas bersama, jadi tidak bosan.

Cobalah untuk bersikap ’mesra’ untuk tetap menghangatkan hubungan yang ada, walau jauh bukan berarti harus malas bilang ’sayang’, ’dear’, ’cinta’ atau kirim tanda ’cium’ .

Kalau ulang tahun kirim sms kejutan, telepon, video call atau foto dengan kue ulang tahun selayaknya jika kalian bersama, untuk memberikan perhatian.

Dari semuanya yang paling utama adalah bersikap jujur karena dengan begitu apa yang kita lakukan terlihat tulus. Kejujuran itu penting, satu-satunya cara untuk mengetahui jujur atau tidaknya orang yang sedang kita ajak chatting, kita harus benar-benar memperhatikan untuk tahu konsistensi ceritanya, kalau ada yang ganjil nah itu mulai tanda-tanda deh ...Memang tak ada orang yang sempurna, terkadang mereka lupa jadi terlihat plin-plan.

Intuisi hati kita biasanya berbicara benar, asal kita benar-benar peka akan hal itu. Tak ada yang mudah dalam menjalin hubungan apapun. Tetapi jika kita mencintai orang yang benar, jerih payah apapun terbayarkan bukan?

Cinta itu hanya bisa diidentifikasi dengan kejujuran, komitmen dalam arti tepat waktu kalau janjian chatting. Benar-benar menyiapkan dan menyediakan waktu untuk pasangannya walau sesibuk apa pun.

Tak ada orang yang tak mau berbicara atau menghindari pembicaraan dengan orang yang dicintainya terkecuali jika ia berbuat sesuatu yang bisa menyakiti hati pasangannya dan takut keceplosan jadi menghindari.

1-2 kali melewatkan kesempatan untuk berhubungan masih lumrah, mungkin memang penting tapi kalau berkali-kali, hati-hati!

Nikmatilah masa-masa perkenalan, manfaatkan chatting untuk saling mengenal dengan baik siapa lawan bicara kita. Cinta itu anugerah jika memang cinta itu ada, maka harus diperjuangkan tetapi tetaplah santai, jangan terburu-buru atau terbawa nafsu, supaya kita tetap bisa berfikir jernih karena Cinta itu tak pernah merugikan, kalau iya berarti ada yang salah.

Sunday, March 18, 2012

#FFHore Payung Ungu Amela



”Dari semua warna yang ada, kamu paling suka warna apa sayang?”

”Unyu!”

”Bukan unyu sayang, tapi ung-ngu. Coba!”

”Uuuuu-engg-uuuu!”

”Pintar!” Puji Ibu Amela.

Gadis kecil penggemar warna ungu itu bernama Amela. Dipanggil Amel atau Ela tetapi ia menyebut dirinya, ”Naamm-maaa-kyu Ammmm-me-yah!” 

Wajahnya selalu menyiratkan kebahagiaan selama semua warna di sekelilingnya adalah ungu.

Sebuah warna yang anggun, terdiri dari campuran warna merah dan biru. Jika tidak tepat kadar pencampurannya akan membuat warna ini terlihat norak.

Jaman dahulu kala di era Victorian, hanya para bangsawan yang bisa memakai dan memiliki warna ini. Karena barang dengan warna ini akan menjadi sangat mahal harganya akibat banyaknya kegagalan dalam proses pencampuran warna untuk memperoleh warna ungu ini.

Ibunya sering mengajaknya jalan-jalan ke mal dan jika ia mendapati suatu barang dengan warna ungu maka ia akan merengek untuk bisa mendapatkan barang itu. ”Mamm-ma! Ammeyah su-kah! Nginnn, yang i-tu!”
Menunjuk sambil menarik rok ibunya dan sedikit memaksa untuk bisa memperoleh apapun yang berwarna ungu. Tak tega, ibunya pun langsung mengambil dan membelikan barang itu untuk Amela setelahnya, anak itu akan diam dan menggenggamnya dengan erat sambil tersenyum bahagia, yah kebahagiaan yang selalu didamba semua orang.

Orang tua Amela sangat mengharapkan anak gadisnya itu bahagia, mereka akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya. Hal ini bukan bentuk pemanjaan dan bukan pula karena segala harta yang dimiliki orang tuanya tetapi karena Amela adalah anak yang spesial.

Tak ada anak yang bodoh, jelek maupun cacat. Semua manusia terlahir sempurna dengan segala tujuan yang Tuhan sudah rencanakan untuknya.

Kekurangan adalah kelebihan jika kita bisa menerima dan memaknai hidup dengan jalan bersyukur.

Anak itu anugerah dan sebagai orang tua siapa pun wajib mendidik, mendorong dan menyayanginya dengan baik supaya ia bisa menghargai setiap detik kehidupannya. Sekali lagi cinta adalah segala-galanya untuk membesarkan seorang anak.

Amela dengan warna ungu adalah suatu keajaiban. Sejak berumur dua tahun, gadis kecil mereka tak bergeming tak pernah bereaksi atas hal apa pun. Hingga suatu hari di kala hujan, neneknya datang memakai payung berwarna ungu. Kala itu, pintu dibukakan oleh ibunya dan Amela sedang duduk termenung menatap ke arah pintu dan sang nenek membuka-tutup payungnya demi mengibaskan air yang tertinggal di payung itu.

”Mmma...mmmaa...mmaaa!” Terdengar seperti berusaha memanggil ibunya. 

Baik ibu maupun neneknya langsung tertegun mendengar suara itu, suara gadis itu yang telah sekian lama mereka tunggu untuk didengar.

”Coba sekali lagi, apa yang mau kamu ucapkan sayang?” Ujar ibunya dengan hati bahagia, melihat anaknya bereaksi.

”Ayo Amela!” Neneknya ikut menyemangati tak sabar ingin mendengar suara cucunya lagi.

”Mmmma...mmmaaaahhh!” Sambil menunjuk ke arah pintu.

”Apa? Payung itu kali, Ma?” Tanya ibunya kepada sang nenek.

”Mungkin!” Lalu kembali membuka pintu dan mengambil payung ungu itu.

Ketika itu Amela langsung berdiri melihatnya lalu mendekat dan diam dibawah payung itu tersenyum sambil berusaha menyebutkan kata ’Mama’ .

”Mmma...mmmmaaa...mmmaaa!” Ujarnya berulang-ulang.

Itulah interaksi pertama terhadap dunia di luar dirinya akibat payung berwarna ungu. Sejak saat itu, mulailah orang tuanya mencoba menghiasi kamar tidur dan tempat bermainnya dengan warna ungu dan jika ingin bercakap-cakap mereka menggunakan pakaian dengan warna itu.

Yah, Amela anak yang spesial. Perlu waktu untuk menjangkau dan mengenal dunianya, tapi orang tuanya tak pernah putus asa. Sejak pertemuannya dengan warna ungu, Amela mulai bisa mempelajari kata-kata untuk berkomunikasi dengan orang tua, nenek dan kakeknya.

Sekali lagi ia tidak bodoh, hanya berbeda cara berinteraksinya. Dengan penanganan yang khusus ia pun bisa hidup normal sama seperti anak yang lain. Anak autis tidak memiliki tingkat kecerdasan yang rendah hanya perlu perhatian lebih untuk mengetahui dunianya, apa yang membuatnya fokus. 

*Another Indonesian FF by @victoriadoumana