Friday, June 15, 2012

#15HariNgeblogFF2 Hari ke 4 : Kerudung Merah


Sejak kecil setiap liburan sekolah aku pergi ke Medan untuk pergi ke pulau Samosir mengunjungi Opungku yang tinggal tak jauh dari Danau Toba, danau favoritku.
Aku selalu menghabiskan waktuku bermain di dekat danau untuk menggunakan mainan speedboad remote control oleh-oleh Opung dari Belanda waktu itu.
Pertama kali kumelihat gadis berkerudung merah ketika mainanku tiba-tiba tak bergeming hampir ketengah danau. Tak diminta gadis itu langsung mengayuhkan dayung perahunya menuju mainanku, mengambil dan memberikannya kepadaku.
Begitu mendekat, kulihat wajahnya yang cantik, berbeda dengan tipe gadis-gadis di sekitar danau Toba. Ia cantik dan berwajah mungil dan anehnya ia tak pernah lepas dari pikiranku bahkan 18 tahun kemudian setelah aku besar dan mulai magang di kantor ayahku.
Aku selalu mencarinya jika aku kembali kesana, tapi tak pernah menemukannya. Karena saat ia mengembalikkan mainanku itu aku lupa mengucapkan terima kasih, terpana oleh kecantikannya. Tak pernah kulihat sosoknya lagi tapi wajahnya tak bisa kulupakan, berharap suatu saat kubisa bertemu dengannya. Walau mungkin ia sudah tua, tapi aku tetap ingin bertemu kembali dengannya.
...
Opung kembali mengundangku untuk berlibur ke danau Toba.
Kembali aku mencari si kerudung merah di danau, kali ini mimpiku terwujud. Aku memberanikan diri mendekatinya dan kembali aku terpana karena ia masih sama seperti dulu.
“Mau mengelilingi Danau Toba?” suaranya lembut dan bahasa Indonesianya fasih, tidak seperti kebanyakan penduduk di sekitar danau.
“Boleh.” Aku langsung mengiyakan.
Diatas perahu mataku tak pernah lepas memandangi gadis itu yang masih sama seperti dulu, tak ada kerut sedikit pun takjub aku dibuatnya.
“Kenapa Bang? Ada yang aneh dengan wajah saya?”
“Ahh, tidak.” Ujarku berbohong.
“Kalau begitu, mengapa Abang memandangiku seperti melihat hantu?”
Kuberkata dalam hati, “Memang aku sedang melihat hantu.”
”Tidak, hanya wajahmu mengingatkan aku dengan seseorang.”
”Siapa bang?”
”Bukan siapa-siapa.”
Akhirnya dengan hati-hati kubertanya kepadanya. ”Kamu biasa menjajakan jasa perahumu disini?”
”Iyah, memang kenapa bang?”
”Sejak kapan?” Tanyaku lagi
”Sejak menolong perahu mainan cucu tetanggaku yang terkatung-katung di tengah danau karena remote-nya kehabisan baterai.”
Terkejut dibuatnya dengan jawaban yang baru saja terlontar dari mulutnya.
”Itu perahuku! Jadi benar kamu wanita itu?”
”Maksud abang?”
”Waktu aku berumur 10 tahun, mainan perahuku kehabisan baterai dan terkatung-katung hampir ke tengah danau dan ada gadis sepertimu yang menolongku mengambilkannya dengan perahu, yah seperti kamu.” Akhirnya kuungkapkan semuanya.
Iya tidak menjawab hanya tersenyum kepadaku.
”Ahh, senyumnya kembali membuatku berbunga-bunga.”
...

”Choky...! Bangunlah kau, nak!” Opung berusaha menyadarkan aku.
Akhirnya aku terbangun, ”Opung, mengapa aku disini? Kemana perginya gadis berkerudung merah?”
”Siapa? Tak ada gadis berkerudung merah disini, kau hampir tenggelam ditengah danau!”
”Jadi...?”
Akhirnya kuceritakan gadis berkerudung merah itu kepada Opung yang telah menjadi obsesiku selama 18 tahun, setiap tahun kukembali ke danau Toba hanya untuk mencarinya, tapi tak pernah bertemu dengannya.
Opung pun menuturkan kisah yang tak pernah kutahu sebelumnya, setiap lelaki dari marga keluargaku terutama jika itu laki-laki satu-satunya penerus marga selalu dihantui oleh gadis itu, Kakeknya Opungku pernah jatuh cinta padanya, mereka pertama kali bertemu di danau Toba.
Mereka tak pernah bisa menikah karena marga kami bertentangan, wanita itu berasal dari marga Karo sedangkan kami bermarga Toba. Setiap pernikahan antar keluarga Batak,  mereka akan mengecek tarombo keluarga pasangan yang terdeteksi dari nama marga.
Keduanya dipisahkan oleh keluarga, Kakek buyutku itu dikirim sekolah ke Belanda dan wanita itu dijodohkan dengan pria yang sesuai dengan marganya. Tetapi sebelum pernikahan itu terjadi ia bunuh diri karena tak ingin mengkhianati kekasihnya yang di Belanda.
Sebuah nyawa melayang karena pertentangan nama marga, nyawaku pun hampir melayang tenggelam tak sadarkan diri terpesona akan kecantikan si kerudung merah, untung Opung menemukanku.
...
#bersambung di kota lain

*TAROMBO adalah silsilah, asal usul menurut garis keturunan ayah. Dengan tarombo seorang Batak mengetahui posisinya dalam marga.
*OPUNG adalah bahasa Batak untuk sebutan kakek.
*CHOKY panggilan keren dari sebutan Ucok untuk anak laki-laki

No comments:

Post a Comment