"Ya ampunnn, itu kok ada noda hitam kecil di kemeja kamu, kena apa?" komentar Nani ke asistennya.
"Eh iya bu, tadi kecipratan tinta sedikit." Jawab Santi meringis.
"Coba ganti gih, ambil kemeja dari G2000 deh, yang untuk pemotretan tentang wanita karier, sebentar lagi mau meeting sama tim redaksi, ayo cepat ganti bajumu!"
"Tapi Bu, itu kan kemeja mahal." Santi menolak dengan halus.
"Tidak apa-apa, daripada kamu memakai baju yg kotor kayak gitu. Malu-maluin, cepat sana ganti!" Nani mendorong punggung Santi untuk meninggalkan ruangannya.
Santi hanya melengos saja, sambil mencibir dlm hati,”dasar miss perfect, noda sedikit aja dipermasalahin. Huh...!”
Alasan Santi tidak mau menggunakan kemeja itu bukan karena tidak suka, tetapi kalau nanti kotor atau kusut akan ada masalah baru karena kemeja tersebut belum difoto, model dan fotografer baru akan melaksanakan pemotretan setelah jam makan siang.
”Bu Nani, ada telepon dari Sebastian Gunawan di line 1! Mau diterima? Teriak Santi ke Nani setelah selesai mengganti kemejanya.
"Tentu, pasti mau bicara soal pemotretan besok!" Sahut Nani sambil mengangkat teleponnya.
Baik Sebastian, besok pk. 14.00 tepat tolong diantar kesini koleksi terbaru kamu dan sore ini fashion stylist saya akan mampir untuk mengecek pakaiannya, oke?"
Nani menyudahi pembicaraan dan berjalan ke ruang meeting bersama Santi.
"Nah begini kan lebih baik," Puji Nani saat melihat Santi yg telah berganti pakaian.
Mereka pun masuk ke dalam ruang rapat. Ketika sampai di depan pintu, Nani berteriak histeris...
"Ada apa ini? Kenapa semua berantakan gini?" Nani melihat semua file-file berserakan.
”Ini kan majalah Fashion bukan majalah Bobo!”
”Jo, apa-apaan sih kamu pakai baju tabrak lari semua warnanya!” Semua orang langsung melirik Jojo.
”Kamu lagi Sar, jadi cewek tuh harus ayu gitu, lihat tuh coklat masih nempel digigi kamu” Langsung Sari mengambil cermin kecil dari tasnya.
”Endah, kalau kasih laporan ke saya tuh yang rapih, jangan di tipex kayak gini! Emangnya jaman mesin ketik apa?” Endah langsung menunduk.
”Kenapa sih, kalian ini? Sudah tahu saya paling tidak bisa mentolerir kesalahan-kesalahan kecil semacam itu! Kalian ini harus bersikap profesional! Semua harus dimulai dari kerapihan dan kebersihan diri kalian sendiri, Ingat itu!”
Nani menjambak rambutnya sendiri, "Ya sudah, sekarang mari kita mulai rapatnya" Nani langsung menempati kursinya. Semua hening dan memperhatikan Nani.
Selesai rapat ia pergi makan siang sendirian ke Setiabudi Building. Gedung kantornya berada di daerah Setiabudi-kuningan.
"Hai, Mbak Nani! Kok sendirian? Boleh gabung?" Tanya Prasetyo model yang akan melakukan pemotretan pk.14.00 nanti.
"Oh hai, silahkan!" Nani membuka telapak tangannya mempersilakan Prasetyo untuk duduk di depannya. Tatapan mata Nani tidak lepas dari wajah dan penampilan cowok itu.
Wah semuanya sempurna.bahkan wajahnya tidak ada bekas jerawat, batin Nani. Dia pun sadar sepertinya dia menyukai cowok itu.
Prasetyo duduk di depannya dan tersenyum, "Sudah lama disini? Mengapa sendirian?"
Nani hanya mengangguk sembari menyeruput minumannya."Lumayan lha...iya sendiri, emang ada yg salah ya?"
Prasetyo menggeleng, sambil sesekali tertawa kecil."Ternyata selain dikenal sebagai Miss perfect, kamu jg Miss independent ya."
"Segitunya ya org mengingatku?"
Prasetyo mengangguk. "Jangan marah ya, tapi emang begitu kan kenyataannya. Hm...aku boleh nanya sesuatu?"
"Apa?"
"It’s ok to be perfect, tetapi tidak semua orang sama; makanya banyak yang takut berteman sama kamu! Memang kenapa sih, semuanya harus sempurna?”
"..." Nani diam tidak sanggup berkata-kata. ”Benar juga, yah!” Gumamnya dalam hati.
Tiba-tiba makanannya datang, ”Silahkan Mbak, ini pesanannya! Ada yang lain?” Tanya pelayan ramah. ”Saya minta orange juice dan club sandwich mas.” Pesan Prasetyo.
“Kok, diam? Kalau makan tidak boleh ngobrol yah?” Canda Prassetyo lagi.
Nani tidak mengubris candaan prasetyo. Dia malah asik menatap makanannya dan mengunyah perlahan.
"Baik-baik. Habiskan makanannya dulu ya, baru ngobrol lagi."
Tak lama pesanan Prasetyo datang. Nani begitu lemah lembut memakan makanannya dengan pisau dan garpu sedangkan Prasetyo dengan sigap menggunakan tangan memasukkan sandwich tersebut ke dalam mulutnya.
"Kalau makan yang nikmat tuh begini!" Ujar Prasetyo cuek.
Makanan Prasetyo habis dalam sekejap sedangkan Miss Perfect Nani masih mengunyah makanannya seperti anjuran dokter, 30 kali kunyah setiap potongan daging yang dimasukkan ke dalam mulutnya.
"Duhh, nggak capai apa segala sesuatunya harus perfect?" Ejek Prasetyo sambil tersenyum.
Dalam hati Nani berkata,"Duh ni cowok, untung ganteng kalau jelek sudah kubombardir." gerutunya.
Nani menggeleng,"kamu juga nggak takut sakit, belum cuci tangan langsung makan? Jorok!"
"Ini nggak jorok tahu, ini normal." Bela prasetyo. "Oh iya, kamu belum jawab pertanyaanku. Mengapa kamu harus memperhatikan segala sesuatu dengan detail sih?”
Nani diam beberapa saat sebelum dia membuka suara."Karena sejak kecil aku diajarikan oleh ibuku untuk disiplin, tidak boleh ada satupun yg tidak beraturan. Semua harus bersih dan rapi, kau tidak beliau akan memarahiku, bahkan tak jarang menghukumku."
Dengan reflek Prasetyo meremas tangan Nani yg ada di atas meja. "Maaf aku sama sekali tidak bermaksud untuk mengorek masa kecilmu. Hanya ingin kamu terlihat santai, tidak kaku."
Nani hanya tersenyum.dia mengusap pelupuk matanya yg mulai basah. "Tidak apa-apa, terkadang aku jg capek sih jadi Miss perfect terus. Ngomong-ngomong kamu bisa bantu agar aku bisa lebih santai dan toleran terhadap kesalahan-kesalahan kecil?'
"Yah, kalau sudah bawaan 'orok' sih aku nggak jamin bisa merubahnya." Canda Prasetyo.
"Jangan begitu donk, aku serius nih."
Prasetyo langsung memandangi Nani lama dan dengan sekejap mendaratkan ciuman di bibir Nani.
Membuat Nani terpana dan kaget, tak sengaja tangannya menyenggol gelas minuman dan menumpahkan cairan ke roknya.
"Akh!" Nani histeris.
Prasetyo tertawa-tawa.
"Santai aja, itu kan cuma air! "
"Tapi kan nggak enak dilihatnya!"
"Namanya juga kecelakaan, lagipula kamu tetap enak dilihat, kok!" Jawab Prasetyo sambil tersenyum dan mengedipkan matanya ke arah Nani.
"Baiklah..." Nani pun beranjak pergi ke toilet, membersihkan noda yg masih bisa dihilangkan.
Meski sudah dia kucek beberapa kali, noda itu tetap tidak hilang. Awalnya dia stres melihat keadaan dirinya berantakan, tetapi dia ingat perkataan Prasetyo untuk bersikap santai.
Lalu dia bercermin, mendapati wajahnya tampak lebih santai dibandingkan sebelumnya.
Ciuman tadi membuatnya tersenyum dan berbunga-bunga. ”Yang penting dia suka!”
Dia keluar dari kamar mandi dan menghampiri Prasetyo yang berada di kasir membayar semua pesanan mereka.
"Bagaimana? Tidak bisa hilang ya?"
"Iya, tapi entah mengapa aku merasa senang."
Prasetyo melebarkan senyumnya dan merangkul pinggang Nani. ”Jadi, harus darimana aku mengajari kamu?"
No comments:
Post a Comment