“Ahhh si dia nggak online-online juga, kemana yah kan sudah pk. 20.00 malam.” Gumam Ambar kesal.
Ryan: Besok aku online pk. 20.00 malam Mbar, Tunggu aku yah? Sampai jumpa besok my dear Ambar.
Ambar: ok, cu Ryan.
Itu ketikan terakhir di messenger Ambar yang ia baca berulang kali sambil mengeluh karena tidak bisa melakukan apapun demi membuat laki-laki itu kembali online untukchatting dengannya.
Tiba-tiba Shasha, sahabat dekatnya muncul di kotak chat sebelah kotak chatnya dengan Ryan, cowok yang telah membuatnya berbunga - bunga beberapa minggu ini.
Shasha: Hey , lagi apa? pasti abis chat sama Ryan ya? Aku juga lho abis chat sama Robert, trus kita janjian ketemuan besok nih Mbar, sebenernya aku agak malas, tapi penasaran juga, temenin dong!
Ambar: Ohya? Senangnya! Aku belum diajak ketemu nih sama Ryan, padahal sepertinya aku sudah mulai jatuh cinta sama dia Sha, kata-katanya sweet banget, perhatian..
Shasha: eits, tunggu dulu, sebelum kamu bilang jatuh cinta, sini aku lihat dulu deh tampangnya, cakep nggak? Kalau Robert sih dari fotonya keliatan lumayan lah, badannya atletis, rahangnya kuat, kulitnya sawo matang..
Ambar: Nih, aku kirim fotonya ya, sudah terima belum file sharingnya?
Shasha: Ha? Itu..Ryan?
Ambar: Iya, memang kenapa?
Shasha: Ya ampun, kok mukanya mirip Robert!
Ambar: Apa? Nggak mungkin deh, yang bener? Kamu salah liat kali Sha!
Shasha: Iya mungkin sih, tapi mirip banget, semoga aku salah.
Ambar: Semoga, tunggu sebentar. Dia baru saja online.
Ryan pacar cyber-nya Ambar akhirnya online setelah terlambat sekitar 15 menit dari waktu yang dijanjikan. Karena penasaran dan tidak sabar lagi, Ambar langsung memulai chat,
Ambar: Hai! Kok telat?
Ryan: Maaf, tadi ada telepon masuk. Apa kabar?
Ambar: Kamu punya saudara kembar?
Ryan: Nggak tuh, siapa yang bilang?
Ambar: Nggak, Cuma nanya aja.
Lalu Ambar terdiam sesaat, Ryan kembali mengetikkan sesuatu untuk Ambar.
Ryan: Eh, Kamu kan tinggal di Bandung yah? Kebetulan aku ada planning kesana, mungkin kita bisa ketemuan?
Ambar terhenyak dan mendiamkan Ryan, lalu ia bertanya di kotak chatnya dengan Sasha.
Ambar: Sha, apa mungkin kita berhubungan dengan lelaki yang sama?
Shasha: Sudah nanya belum dia punya saudara kembar?
Ambar: Sudah, dia nggak punya. Jadi kemungkinan besar ia adalah orang yang sama.
Shasha: Maaf yah, aku tak tahu Mbar kalau laki-laki itu adalah orang yang sering kamu ceritakan.
Ambar memutuskan kotak chat dengan Shasha dan kembali menjawab pertanyaan Ryan.
Ambar : Okay, kapan?
Ryan: Lusa yah, soalnya besok aku full dengan kerjaan dulu, jadi esok harinya baru aku akan menyediakan waktu khusus untukmu saja, keliling Bandung. Nomor teleponmu masih sama kan?
Ambar: Iya. (ketik Ambar dengan lesu)
Kotak chat dengan Shasha dibiarkan terus berbunyi tanpa dihiraukan oleh Ambar, sementara Ambar merasa tidak ingin berbuat apa-apa saat ini, pikirannya terganggu dengan fakta bahwa lelaki yang diam-diam ia sukai ternyata juga menyukai sahabatnya. Bagi Shasha yang di mata Ambar lebih cantik dari dirinya, langsing, putih dan berambut panjang mungkin gampang untuk mencari pacar baru, tapi bagaimana dengan dirinya yang biasa - biasa saja dan selama dua tahun ini belum juga punya pacar, hatinya dilema.
Ambar: Sha, sori aku mau tidur, ngantuk, bye.
Balas Ambar singkat lalu sign out dari chat, meninggalkan Shasha yang ikut kebingungan.
Handphone Ambar berbunyi, ternyata sms dari Shasha,
Ambar, please angkat telponku dong, atau at least balas sms ini, aku punya rencana bagus untuk besok malam. Aku nggak mau persahabatan kita hancur cuma gara-gara cowok yang nggak jelas juga, please datang ya ke restoran D'Itali di seberang kantorku and wear something sexy.
Berusaha menenangkan dirinya, lelaki yang diharapkan menjadi kekasihnya ternyata menduakannya. Wlaupun mereka belum jadian tapi Ambar tetap merasa sakit hati juga kepada lelaki itu, Ryan atau Robert siapapun ia.
Setelah lelah bersedih dan merenung semalaman, Ambar tertidur pulas.
Keesokkan harinya Ambar sedikit lebih tenang dan mulai melirik sms dari Shasha. ”Ada benarnya juga Shasha”, pikir Ambar dalam hati.
Kemudian ia memutuskan untuk membalas sms Shasha;
Sha, sorry semalam aku galau karena sedih. Kamu tahukan aku menaruh harapan besar kepada Ryan. Persahabatan kita jauh lebih penting pastinya, daripada laki-laki yang baru kita kenal di internet. Baiklah aku akan datang.
---
Di restoran D'Itali pk. 19.00,
”Hai Sha, dia sudah datang?” Tegur Ambar setibanya di restauran.
“Hai, pas sekali! Dia sedang dalam perjalanan kesini.” Jawab Shasha.
“Bagaimana perasaanmu, sekarang? Sorry yah, aku nggak tahu.” Ujar Shasha lagi.
”Bukan salahmu lah, cowok itu yang kurang ngajar!” Jawab Ambar dengan sedikit emosi.
Akhirnya lelaki yang ditunggu datang juga, Ambar dan Shasha duduk terpisah, Ambar duduk tepat membelakangi Shasha.
"Hai Ryan.." sapa Shasha kepada lelaki gagah yang mendatangi mejanya dengan langkah mantap, sambil kemudian mendekatkan pipinya ke wajah Shasha, namun Shasha menolak.
"Hai cantik, bahkan lebih cantik dari yang kulihat di webcam, wow."
"Ohya, berapa wanita cantik yang kamu lihat di webcam? Empat? Sepuluh?"
"Haha, enggak dong, pastinya cuma kamu dear, shall we order now?"
"Ok, sebagai makanan pembuka, gimana kalau kamu cobain spicy crab with caesar salad? Enak lho, aku udah pesenin buat kamu, waiter!" Shasha dengan pasti memanggil waiter yang sudah siap dengan sepiring hidangan spicy crab, tentunya dengan ramuan khusus.
"Silahkan." Sementara si waiter menaruh piring di depan Robert, Shasha memberi kode pada Ambar yang berada di belakang Robert.
"Ahhh, pedes banget Sha!" Robert terbatuk - batuk sambil menumpahkan kepiting yang sudah berada di mulutnya, sampai berantakan.
"Hmm..pedes ya, tuh tinggal minta air sama cewek itu tuh."
Tak menyadari siapa yang ditunjuk oleh Shasha, Robert serta merta menoleh ke belakang dan melihat Ambar yang sudah siap dengan segelas air putih dingin di tangannya, dengan muka geram ia mencampakkan air putih dingin itu ke wajah Robert.
“Kamu Ryan apa Robert, ayoo ngaku?” Ujar Ambar.
“Tadi aku sudah memintamu untuk jujur , tapi kamu tetap menggombal.” Sahut Shasha lagi.
Masih sedikit shock tetapi dengan muka tak bersalah ia menjawab, ” Maaf Sha, aku tidak jujur tadi. Tapi aku kan mendahulukan kamu lebih dulu daripada si Ambar ini.”
Ambar langsung pergi dari restauran itu, sementara Shasha masih berada di depan Robert alias Ryan.
”Yah, kamu memang janjian dengan aku terlebih dahulu tetapi kamu tidak jujur! Bagaimana mungkin aku bisa mempercayai kata-katamu lagi, and you're not worth it for both of us!”
Lalu Shasha pergi meninggalkannya untuk mengejar Ambar. Ketika Robert berusaha mengejarnya, ia dihentikan oleh pelayan restauran untuk membayar tagihan.
”Sialan, cewek nggak dapat. Tetap harus bayar juga!” Ujar Robert ke pelayan itu dengan geram.
”Mbar... tunggu dulu dong! Sudah kubilang persahabatan kita jauh lebih penting dari apapun juga apalagi si Ryan a-k-a Robert nggak jelas yang baru kita kenal di internet.”
"Tapi aku beda sama kamu Sha, buktinya dia lebih milih kamu." tak disangka Ambar telah bercucuran airmata.
"Kok kamu bilang gitu Mbar? Aku malah suka iri sama kamu, kamu bisakerja sesuai passion kamu, kamu yang seorang guru, bisa melukis, sedangkan aku? Aku harus terkukung dengan kubikelku setiap hari dan melupakan passionku untuk menulis. Hey, kita semua punya kelebihan dan kekurangan, dan pastinya pria yang tepat untuk kita tidak akan membanding-bandingkan kita dengan orang lain, Mbar.."
"Iya Sha, kamu benar..i'm sorry.."
Kini keduanya pun berlinangan air mata, dan kemudian saling berpelukan, persahabatan mereka lebih mulia untuk diperjuangkan, dan keduanya sangat mengerti tentang itu.
No comments:
Post a Comment